Ideologi yang menebarkan ketakutan ke seluruh penjuru dunia
ini sebenarnya mewakili pemikiran yang telah ada sejak zaman dahulu kala.
Dialektika meyakini bahwa seluruh perkembangan di jagat raya terjadi akibat
adanya konflik. Berdasarkan kepercayaan ini, Marx dan Engels melakukan
pengkajian terhadap sejarah dunia. Marx menyatakan bahwa sejarah manusia
adalah berupa konflik, dan konflik yang ada sekarang adalah antara kaum
buruh dan kaum kapitalis. Para buruh ini akan segera bangkit dan memunculkan
revolusi Komunis.
Sebagaimana orang-orang materialis, kedua pendiri komunisme
ini memendam kebencian yang mendalam terhadap agama. Marx dan Engels,
keduanya adalah atheis tulen yang memandang perlunya menghapuskan keyakinan
terhadap agama dilihat dari sudut pandang Komunisme.
Tetapi, ada satu hal yang belum dimiliki Marx dan Engels:
agar dapat menarik pengikut di kalangan masyarakat secara lebih luas,
mereka perlu membungkus ideologi mereka dengan penampakan ilmiah. Inilah
awal dari terbentuknya ideologi gabungan berbahaya yang kemudian memunculkan
penderitaan, kekacauan, pembunuhan masal, pertikaian sesama saudara, dan
perpecahan di abad ke-20. Darwin mengemukakan teorinya tentang evolusi
dalam bukunya The Origin of Species. Dan sungguh menarik bahwa pernyataan
utama yang ia kemukakan adalah penjelasan yang sedang dicari-cari oleh
Marx dan Engels. Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup muncul menjadi
ada sebagai hasil dari "perjuangan untuk mempertahankan hidup" atau "konflik
dialektika". Lebih dari itu, ia mengingkari penciptaan dan menolak keyakinan
terhadap agama. Bagi Marx dan Engels hal ini merupakan kesempatan yang
tidak boleh disia-siakan.
Kekaguman Marx dan Engels Terhadap Darwin
Sedemikian pentingnya Darwinisme bagi komunisme
sehingga hanya beberapa bulan setelah buku Darwin terbit, Engels menulis
kepada Marx, "Darwin, yang (bukunya) kini sedang saya baca, sungguh mengagumkan."
Marx menjawab tulisan Engels pada tanggal
19 Desember 1860, dengan mengatakan, "Ini adalah buku yang berisi dasar
berpijak pada sejarah alam bagi pandangan kita."
Bapak pendiri Komunisme: Karl Marx dan Friedrich Engels. |
KEHANCURAN TEORI SEJARAH MARXIS
Karl Mark, bapak pendiri Komunisme, sangat terpengaruh
oleh gagasan Dawin, dan meng-gunakan gagasan ini untuk menjelaskan
proses dialektik sejarah. Menurut Marx, masyarakat menempuh tahapan-tahapan
yang berbeda dalam sejarah, dan yang menentukan tahap-tahap tersebut
adalah perubahan dalam sarana produksi dan hubungan-hubungan produksi.
Berda-sarkan pandangan ini, ekonomi menjadi penentu segala sesuatu
yang lain. Sejarah melewati beberapa tahapan evolusi: Masyarakat
primitif, masyarakat budak, masyarakat feodal, masyarakat kapitalis,
dan masyarakat Komunis sebagai tahapan yang terakhir.
Namun, sejarah telah membuktikan sendiri bahwa periode
evolusi yang dikemukakan Marx ternyata keliru. Tidak ada masa dalam
sejarah masyarakat manapun yang melalui tahapan evolusi sebagaimana
yang dikemukakan Marx. Sebaliknya, berbagai sistem yang diyakini
Marx terjadi melalui serangkaian tahapan tertentu, malah dapat terjadi
dalam waktu yang bersamaan dan dalam masyarakat yang sama pula.
Di saat satu wilayah dari suatu negara sedang mengalami sistem yang
menyerupai masyarakat feodal, sistem kapitalis berlaku di wilayah
lainnya dalam negara yang sama. Jadi, pernyataan bahwa tahapan dari
satu sistem ke sistem berikutnya mengikuti pola evolusi sebagaimana
yang dikemukakan oleh Marx dan teori evolusi tidak dapat dibuktikan
sama sekali.
Sebaliknya, tak satupun ramalan Marx tentang masa depan
menjadi kenyataan. Akhirnya disadari bahwa teori-teori Marx tidak
dapat diterapkan dalam waktu 10 tahun setelah kematiannya. Marx
menyatakan bahwa secara bergantian, negara-negara maju kapitalis
akan mengalami revolusi Komunis. Namun, periode ini tidak pernah
terjadi. Lenin, salah seorang pengikut setia Marx, mencoba menjelaskan
mengapa revolusi ini belum juga terjadi, dan kemudian membuat ramalan
lain bahwa revolusi Komunis akan dialami oleh negara-negara Dunia
Ketiga. Namun, sejarah membuktikan ketidakbenaran seluruh pernyataan
Lenin. Di masa kini, jumlah negara-negara yang berada di bawah kekuasaan
Komunisme dapat dihitung dengan jari tangan sebelah. Selain itu,
Maxisme menggunakan kekerasan di setiap wilayah di mana mereka meraih
kekuasaan, dan ia berkuasa bukan melalui gerakan yang didukung masyarakat
luas, seperti yang diakuinya, melainkan dengan kekuatan diktator.
Singkatnya, sejarah yang baru saja berlalu benar-benar
membuktikan kekeliruan periode evolusi sejarah sebagaimana perkiraan
filsafat Marxis. Teori seperti "dialektika sejarah" dan "evolusi
sejarah" dalam berjilid-jilid buku yang ditulis oleh para ideolog
materialis seperti Marx dan Engels, hanyalah hasil khayalan mereka.
|
Dalam sebuah surat yang ditulis Marx pada tanggal 16 Januari 1861 kepada Lassalle, seorang teman sosialis lainnya, ia mengatakan: "Buku Darwin sangatlah penting dan membantu saya meletakkan dasar berpijak dalam ilmu alam bagi perjuangan kelas dalam sejarah." Begitulah, pernyataan ini mengungkap betapa pentingnya teori evolusi bagi Komunisme.
Marx menunjukkan rasa simpatinya terhadap
Darwin dengan mempersembahkan karya terpentingnya, Das Kapital,
kepada Darwin. Salinan buku jilid pertama karya Marx yang dimiliki Darwin
dibubuhi tulisan tangan Marx sendiri, yang menggambarkan dirinya sebagai
"pengagum tulus" sang Naturalis Inggris, yakni Darwin.
Engels juga mengakui kekagumannya pada Darwin dalam pernyataannya:
Alam adalah ujian bagi dialektika, dan
perlu dikemukakan...bahwa pada akhirnya, alam berjalan secara dialektik
dan bukan secara metafisik...Dalam hal ini, nama Darwin mesti disebut
sebelum yang lain
Engels memuji Darwin dan Marx sebagai dua
orang yang memiliki kesamaan, "Sebagaimana Darwin menemukan hukum evolusi
pada alam kehidupan, Marx menemukan hukum evolusi pada sejarah manusia,"
katanya
Dalam karyanya yang lain, Engels menekankan betapa pentingnya
usaha yang dilakukan Darwin dalam membangun sebuah teori yang menentang
agama:
Ia (Darwin) telah memberikan pukulan paling
keras terhadap gambaran metafisik tentang alam melalui pembuktiannya bahwa
alam kehidupan yang ada sekarang - tumbuhan, binatang, dan juga manusia
tentunya - adalah hasil dari proses evolusi yang terus berlangsung selama
jutaan tahun.
Selain itu, Engels dengan segera menunjukkan penerimaannya
terhadap teori Darwin dengan menulis artikel berjudul "The Part Played
by Labour in the Transition from Ape to Man" ("Peran yang Dimainkan Kaum
Buruh dalam Peralihan dari Kera ke Manusia".)
Peneliti Amerika, Conway Zirckle, menjelaskan mengapa para
pendiri Komunisme segera menerima teori Darwin:
Marx dan Engels menerima evolusi segera
setelah Darwin menerbitkan buku The Origin of Species. Evolusi, sudah
pasti, hanyalah sesuatu yang dibutuhkan para pendiri komunisme untuk menjelaskan
bagaimana manusia muncul menjadi ada tanpa perlu campur tangan kekuatan
supernatural apapun, dan karenanya dapat digunakan untuk mengukuhkan landasan
filsafat materialistis mereka. Tambahan pula, penafsiran Darwin tentang
evolusi - bahwa evolusi telah berlangsung melalui hasil kerja seleksi
alam - memberi mereka penjelasan lain di luar penjelasan teologis yang
berlaku umum terhadap fakta bahwa semua bentuk kehidupan teradaptasi dengan
lingkungan mereka.
Tom Bethell, dari majalah Harper's, menjelaskan kaitan mendasar
antara Marx dan Darwin sebagaimana berikut:
Marx mengagumi buku Darwin bukan karena
alasan ekonomis, namun karena alasan yang lebih mendasar bahwa alam semesta
menurut Darwin sepenuhnya bersifat materialistik, dan penjelasan tentang
hal ini tidak lagi merujuk kepada penyebab yang tidak nampak, yang bukan
materi di luar atau di 'balik' alam semesta. Berkenaan dengan hal yang
penting ini, Darwin dan Marx benar-benar kawan sejati.
Kini hubungan antara Darwinisme dan Marxisme adalah kebenaran
yang nyata dan diakui setiap orang. Buku-buku yang mengisahkan riwayat
hidup Karl Marx senantiasa mengemukakan hal ini secara jelas. Misalnya,
sebuah biografi Karl Marx memaparkan hubungan tersebut sebagaimana berikut:
"Darwinisme memunculkan serangkaian kebenaran
yang utuh yang mendukung Marxisme, dan membuktikan serta mengembangkan
kebenarannya. Penyebaran pemikiran evolusi Darwinis telah menciptakan
lahan subur bagi pemikiran Marxis secara keseluruhan untuk diterima oleh
kalangan buruh... Marx, Engels, dan Lenin memberikan perhatian sangat
besar terhadap pemikiran Darwin dan menekankan nilai ilmiahnya, dengan
demikian penyebaran pemikiran ini mengalami percepatan."
Seperti yang telah kita pahami, Marx dan Engels senang karena
merasa yakin bahwa gagasan evolusi Darwin memberikan dukungan ilmiah bagi
cara pandang atheis mereka. Namun kegembiraan ini terbukti terlalu dini.
Teori evolusi nampak mendapatkan penerimaan yang luas karena dikemukakan
di abad ke-19. Teori ini masih penuh dengan kekeliruan karena ketiadaan
bukti ilmiah apapun yang mendukungnya. Ilmu pengetahuan, yang berkembang
pada paruh kedua abad ke-20, telah mengungkap ketidakabsahan teori evolusi.
Ini berarti keruntuhan pemikiran Komunis dan Materialis sebagaimana halnya
yang menimpa Darwinisme. (Untuk lebih jelasnya silakan membaca buku Keruntuhan
Teori Evolusi karya Harun Yahya). Tetapi, karena para ilmuwan yang
berpandangan materialis tahu bahwa keruntuhan Darwinisme juga berarti
keruntuhan ideologi-ideologi mereka sendiri, mereka mengusahakan berbagai
cara yang mungkin untuk menyembunyikan keruntuhan Darwinisme tersebut
dari pandangan masyarakat.
Kekaguman Pengikut Marx dan Engels terhadap Darwin
Para pengikut Marx dan Engels, yang bertanggung jawab atas
kematian jutaan orang dan ratusan juta lainnya yang hidup dalam penderitaan,
ketakutan, dan kekerasan, menyambut hangat teori evolusi dengan penuh
kegembiraan.
John N. Moore berbicara mengenai kaitan antara evolusi dan
para pemimpin Uni Soviet yang menerapkan gagasan Marx dan Engels di Rusia:
Adalah Lenin yang menjadikan proyek revolusi Komunis Marx
sebagai kenyataan. Lenin, pemimpin pergerakan Bolshevik Komunis di Rusia,
bertujuan menjatuhkan rezim Tsar di Rusia dengan kekuatan bersenjata.
Kekacauan pasca Perang Dunia I memberi kesempatan yang selama ini dinanti-nantikan
kaum Bolshevik. Di bawah pimpinan Lenin, kaum Komunis merebut kekuasaan
melalui perjuangan bersenjata dalam bulan Oktober 1917. Menyusul revolusi
ini, Rusia menjadi ajang perang sipil berdarah selama 3 tahun antara pihak
Komunis melawan para pendukung Tsar.
Seperti para pemimpin Komunis lainnya, Lenin seringkali menegaskan
bahwa teori Darwin merupakan landasan berpijak yang sangat penting bagi
filsafat materialis dialektika.
Salah satu pernyataannya mengungkap pandangannya tentang
Darwinisme:
Darwin mengakhiri keyakinan bahwa spesies
binatang dan tumbuhan tidak berkaitan satu sama lain, kecuali secara kebetulan,
dan bahwa mereka diciptakan oleh Tuhan, dan karenanya tidak mengalami
perubahan.
Lenin ve Trotsky |
Trotsky, yang dianggap tokoh paling penting dalam revolusi
Bolshevik setelah Lenin, kembali menekankan pentingnya Darwinisme. Ia
menyatakan kekagumannya atas Darwin sebagaimana berikut:
Menyusul kematian Lenin di tahun 1924, Stalin, yang dikenal
luas sebagai diktator paling berdarah sepanjang sejarah dunia, menggantikannya
menduduki jabatan pemimpin Partai Komunis. Selama 30 tahun masa pemerintahannya,
apa yang dilakukan Stalin hanyalah pembuktian atas kekejaman sistem Komunisme.
Kebijakan penting Stalin yang pertama adalah mengambil alih
lahan-lahan milik petani yang berjumlah 80% dari keseluruhan penduduk
Rusia atas nama negara. Atas nama kebijakan pengambilalihan dan pengumpulan
tanah ini, yang ditujukan untuk menghilangkan kepemilikan pribadi, semua
hasil panen para petani Rusia dikumpulkan oleh aparat bersenjata. Akibat
yang ditimbulkan adalah bencana kelaparan yang mengenaskan. Jutaan wanita,
anak-anak dan orang tua yang tidak mampu mendapatkan apapun untuk dimakan,
terpaksa menggeliat kelaparan hingga meninggal. Korban meninggal di Kaukasus
saja mencapai 1 juta jiwa.
Stalin mengirim ratusan ribu orang yang mencoba melawan kebijakan
ini ke kamp-kamp kerja paksa Siberia yang mengerikan. Kamp-kamp ini, di
mana para tahanan dipekerjakan hingga mati, menjadi kuburan bagi kebanyakan
mereka. Selain itu, puluhan ribu orang dibunuh oleh polisi rahasia Stalin.
Jutaan orang dipaksa mengungsi ke daerah-daerah terpencil di Rusia, termasuk
warga Krimea dan Turki Turkestan.
Melalui kebijakan berdarah ini, Stalin telah membunuh sekitar
20 juta orang. Para sejarawan telah mengungkap bahwa kebiadaban ini memberikan
kenikmatan tersendiri baginya. Ia merasa sangat senang untuk duduk di
mejanya di Kremlin sembari memeriksa daftar mereka yang mati di kamp-kamp
konsentrasi atau yang telah dihukum mati.
Selain karena kondisi kejiwaannya, yang paling berpengaruh
hingga menjadikannya pembunuh yang demikian kejam adalah filsafat materialis
yang ia yakini. Dalam perkataan Stalin sendiri, pijakan utama bagi filsafat
ini adalah teori evolusi Darwin. Ia menjelaskan betapa pentingnya pemikiran
Darwin:
Tiga hal yang kita lakukan agar tidak melecehkan
akal para pelajar seminari kita. Kita harus mengajarkan mereka usia bumi,
asal-usul bumi, dan ajaran-ajaran Darwin.
Ketika Stalin masih hidup, teman dekat semasa kecilnya mengisahkan
bagaimana Stalin menjadi seorang atheis dalam buku Landmarks in the
life of Stalin (Peristiwa Penting dalam Kehidupan Stalin):
Stalin termasuk diktator paling berdarah sepanjang sejarah. Ia bertanggung jawab atas terbunuhnya puluhan juta manusia, kematian akibat kelaparan dan kemiskinan, dan jutaan lagi yang terlantar tanpa tempat tinggal dan mata pencaharian. |
Di usia yang sangat dini, ketika masih
sebagai seorang murid di sekolah Kristen, kawan saya Stalin telah memiliki
pola pikir yang kritis dan revolusioner. Ia mulai membaca buku Darwin
dan menjadi seorang atheis.
Dalam buku yang sama, G. Glurdjidze, teman
Stalin semasa kecil, mengisahkan bagaimana Stalin berhenti mengimani Tuhan
dan mengatakan kepadanya bahwa alasannya adalah buku Darwin. Stalin juga
memaksanya untuk membaca buku tersebut.
Salah satu bukti penting tentang keyakinan buta Stalin terhadap
teori evolusi adalah penolakan sistem pendidikan Soviet terhadap hukum
genetika Mendel di saat ia masih berkuasa. Hukum ilmiah yang telah diterima
di seluruh dunia ilmu pengetahuan sejak awal abad ke-20 ini menolak gagasan
Lamarck yang menyatakan bahwa "sifat dapatan dapat diwariskan kepada generasi
berikutnya." Ilmuwan Rusia Lysenko melihat hal ini sebagai pukulan hebat
terhadap teori evolusi dan, oleh karenanya, merupakan bahaya besar. Ia
menyampaikan gagasannya kepada Stalin. Stalin terkesan dengan pemikiran
Lysenko dan menempatkannya sebagai kepala sejumlah organisasi ilmiah milik
pemerintah. Demikianlah, ilmu genetika, yang telah memberikan pukulan
berat bagi evolusi, tidak diterima di organisasi ilmiah atau sekolah manapun
di Uni Soviet hingga kematian Stalin.
Di masa Stalin, Uni Soviet telah berubah menjadi wilayah
yang penuh kekacauan di mana jutaan nyawa manusia senantiasa terancam.
Meski bersih dari kesalahan apapun, mereka dapat diciduk kapanpun untuk
menerima siksaan yang belum pernah terbayangkan. Tidak hanya Komunisme,
sejarah Fasisme juga dipenuhi dengan perlakuan serupa.
Ketika mengkaji berbagai peristiwa ini, para pengamat sejarah
terjebak dalam kesalahan saat mengemukakan bahwa penyebab utama dari segala
kebiadaban dan kejahatan ini adalah dikarenakan Lenin, Stalin, Mao, Hitler,
dan Mussolini memiliki kepribadian yang tidak stabil dan menderita penyakit
kejiwaan. Namun, kebetulan macam apakah ini jika seluruh dunia harus jatuh
ke tangan orang-orang yang jiwanya terganggu pada saat yang bersamaan?
Adalah sebuah kebenaran yang jelas dan pasti bahwa orang-orang
ini beserta ideologi yang dianutnya, semuanya meminum dari mata air yang
sama. Segala kebijakan yang mereka terapkan dikemukakan sebagai sesuatu
yang sah dan satu-satunya yang benar berdasarkan sumber yang sama. Singkatnya,
di belakang orang-orang ini ada satu pihak lain yang paling bertanggung
jawab atas semua yang telah terjadi. Penyebab munculnya para pemimpin
yang tidak manusiawi dan berpenyakit kejiwaan, yang menyeret jutaan manusia
untuk mengikuti mereka, dan yang membolehkan mereka melakukan kejahatan,
adalah pembenaran dan dukungan yang seolah tampak ilmiah tersebut, yang
diberikan kepada mereka oleh filsafat materialis dan Darwinisme.
Mao Tse Tung: Duta Besar Darwin dan Marx di Cina
Ketika Stalin masih memerintah rezim totaliternya, rezim
Komunis lain yang menganggap Darwinisme sebagai landasan berpijak ilmiahnya
didirikan di Cina. Komunis di bawah pimpinan Mao Tse Tung meraih kekuasaan
pada tahun 1949 setelah perang sipil yang panjang. Mao mendirikan rezim
penindas dan berdarah, persis seperti sekutunya Stalin, yang memberinya
dukungan penuh. Hukuman mati dengan alasan politis yang tak terhitung
jumlahnya terjadi di Cina. Di tahun-tahun berikutnya, kelompok pemuda
militan Mao yang dikenal sebagai "Pasukan Pengawal Merah" menghempaskan
negeri ini dalam tirani ketakutan.
Mao secara terbuka mengumumkan dasar filosofis
dari sistem yang ia bangun dengan mengatakan: "Sosialisme Cina didirikan
di atas Darwin dan teori evolusi."
Sebagai Marxis, atheis, dan penganut setia evolusionisme, Mao menetapkan bahwa bahan bacaan yang digunakan dalam program "Lompatan Besar ke Depan" dalam literatur masa kini adalah karya-karya Darwin serta bahan bacaan lain yang mendukung cara pandang evolusi.
Ketika Komunis Cina meraih kekuasaan di tahun 1950, mereka
menggunakan teori evolusi sebagai landasan ideologis mereka. Bahkan pada
kenyataannya, kalangan intelektual Cina telah menerima teori evolusi jauh-jauh
hari sebelumnya:
Selama abad ke-19, Barat menganggap Cina
sebagai raksasa yang sedang tidur, terkungkung dan terjebak oleh tradisi
kuno. Beberapa orang Eropa mengetahui betapa bersemangatnya kaum intelektual
Cina dalam menangkap gagasan evolusi Darwin, dan melihat di dalamnya terdapat
dorongan penuh harapan bagi kemajuan dan perubahan. Menurut penulis Cina
Hu Shih (Living Philosophies, 1931), ketika buku Thomas Huxley Evolution
and Ethics (Evolusi dan Etika) diterbitkan pada tahun 1898, buku
tersebut segera dikagumi dan diterima oleh kalangan intelektual Cina.
Orang-orang kaya mendanai penerbitan edisi berbahasa Cina dari buku tersebut
agar dapat tersebar luas ke masyarakat.
Mao Tse Tung |
Jadi, orang-orang yang beralih kepada Komunisme dan memimpin
revolusi Komunis adalah para intelektual ini, yang "dengan bersemangat
telah terpengaruhi" pemikiran Darwin.
Tidaklah sulit bagi Cina waktu itu, bahkan dengan beragam
kepercayaan yang mendalam dan sejarah panteistiknya, untuk masuk ke dalam
dekapan Darwinisme dan Komunisme. Dalam sebuah artikel di majalah New
Scientist, filsuf Darwinis asal Kanada, Michael Ruse, berkata tentang
Cina di awal abad ke-20:
Pemikiran ini langsung mengakar, karena
Cina secara tabiatnya tidak memiliki hambatan intelektual maupun relijius
terhadap evolusi sebagaimana yang seringkali ada di Barat. Sungguh, dalam
beberapa hal, Darwin terlihat hampir mirip orang Cina!... pemikiran para
penganut Taoisme dan Neo-Konghucu selalu menitikberatkan pada "kebendaan"
manusia. Kekerabatan kita dengan binatang bukanlah hal yang mengejutkan...
Kini, filsafat yang resmi adalah Leninisme Marxis (atau sejenisnya). Namun,
tanpa pendekatan materialis sekuler dari Darwinisme (di sini diartikan
sebagai filsafat sosial secara lebih umum), tidak akan tersedia lahan
subur bagi Mao dan para pendukung revolusinya untuk menebarkan benih dan
menuai hasil panen mereka.
Sebagaimana pernyataan Michael Ruse di atas, dengan berakar
kuatnya pemikiran Darwin, Cina dengan mudah menganut Komunisme. Masyarakat
Cina, yang terpedaya oleh pemikiran Darwinis, berdiam diri dan menyaksikan
semua pembantaian oleh Mao Tse Tung, salah seorang pembunuh kejam yang
tercatat dalam sejarah.
Komunisme menyebabkan perang gerilya, aksi terorisme berdarah,
dan perang sipil di banyak negara, tidak hanya di Cina. Turki termasuk
salah satu di antaranya. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, kelompok-kelompok
yang mengangkat senjata melawan negara telah menyeret Turki ke kancah
terorisme dengan tujuan mengadakan revolusi Komunis di negara tersebut.
Setelah tahun 1980, terorisme Komunis bergabung dengan arus separatisme
dan menjadi penyebab atas kematian puluhan ribu warga Turki, polisi, serta
tentara selama menjalankan tugas mereka.
Ideologi Komunis, yang telah menyebabkan pertumpahan darah
di dunia selama 150 tahun senantiasa berjalan beriringan dengan Darwinisme.
Bahkan kini, kalangan Komunis adalah pendukung terdepan Darwinisme. Kapanpun
seseorang mengamati kelompok-kelompok yang keras kepala mendukung teori
evolusi, di hampir setiap negara, ia akan menyaksikan para penganut Marxisme
di barisan terdepan kelompok tersebut. Sebab, sebagaimana perkataan Karl
Marx, teori evolusi memberikan dasar berpijak bagi ideologi Komunis dari
segi ilmu alam, dan memberikan pembenaran ilmiah terpenting, meskipun
keliru, bagi pengingkaran kaum Komunis terhadap agama.
Di Balik Eratnya Hubungan antara Darwinisme dan Komunisme:
Kebencian terhadap Agama
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, alasan terpenting yang
menjadikan kuatnya keyakinan kaum materialis dan Komunis terhadap Darwinisme
adalah dukungan yang nyata-nyata diberikan Darwinisme kepada atheisme.
Filsafat Materialis telah ada sepanjang sejarah, tetapi hingga abad ke-19
kebanyakan pemikiran para filsuf terbatas hanya pada teori semata. Alasan
terpenting mengapa demikian adalah hingga saat itu para ilmuwan yang ada
beriman kepada Tuhan dan meyakini adanya penciptaan. Namun pada abad ke-19
filsafat materialis dan teori Darwin mulai diterapkan pada ilmu-ilmu kealaman.
Darwinisme adalah landasan utama bagi budaya anti agama kaum materialis
yang terjadi pada abad ke-19 dan yang paling terasa dampaknya di abad
ke-20.
Berbagai ideologi yang lahir dari budaya materialis ini,
sebagaimana yang telah kami ulas sebelumnya, menyulut pecahnya dua perang
dunia, perang sipil yang tak terhitung, tindakan terorisme, pembasmian
etnis, pemusnahan dan kebiadaban. Akibat serangkaian bencana ini, puluhan
juta manusia kehilangan nyawa, ratusan juta orang tertindas dan harus
menderita perlakuan paling buruk.
Para teroris yang terpengaruh oleh pandangan materialis-Darwinis,
sebagaimana binatang yang mereka yakini sebagai asal-usul mereka, pergi
jauh ke gunung dan tinggal di gua-gua dalam keadaan yang memprihatinkan.
Mereka dapat membunuh manusia tanpa perlu berpikir panjang, dan menghabisi
nyawa bayi, orang tua dan orang tak berdosa. Tanpa memandang diri sendiri
dan orang lain sebagai makhluk hidup ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan
ruh, akal, hati, dan pemahaman, mereka memperlakukan satu sama lain sebagaimana
halnya binatang memperlakukan sesamanya. Penghancuran lusinan gereja dan
masjid oleh Stalin hanyalah satu bentuk kebencian Komunis terhadap agama.
Dalam bukunya "The Long War Against God" (Perang Panjang
Melawan Tuhan), Henry Morris menjelaskan kaitan tersebut sebagaimana berikut
ini:
Meskipun secara ilmiah memiliki banyak
kekurangan, sifat ilmiah yang dianggap ada pada evolusi telah biasa digunakan
untuk membenarkan semua bentuk sistem beserta penerapannya yang anti-Tuhan.
Yang paling berhasil, sejauh ini, tampaknya adalah komunisme, dan para
pengikutnya di seluruh dunia telah terperdaya untuk berpikir bahwa komunisme
pasti benar karena didasarkan pada ilmu evolusi.
Selama dan setelah revolusi Bolshevik, terjadi banyak pengrusakan terhadap simbul-simbul keagamaan. Gereja dan masjid dihancurkan. Benda-benda bernilai seni di dalam gereja dijarah, sebagaimana tampak dalam gambar. |
Permusuhan Komunisme dan materialisme terhadap agama menjelma dalam berbagai bentuk kekerasan selama pemberontakan Bolshevik. Bangunan gereja dan masjid dihancurkan. Di antara yang tidak diakui keberadaannya dan tidak digolongkan dalam "masyarakat sosialis baru", terutama adalah kaum agamawan. Meskipun kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat adalah agamis, mereka dipersulit untuk melaksanakan kewajiban agama mereka. Dalam rangka menjadikan Minggu, saat orang Kristiani pergi ke gereja, bukan sebagai hari suci, gagasan tentang hari libur bersama dihilangkan. Setiap orang bekerja selama 5 hari, tapi hari libur mingguan dapat diambil kapan saja. Kebijakan ini sengaja diberlakukan kaum komunis "untuk membantu usaha penghapusan agama".
Menyusul kebijakan ini, pada tahun 1928 dan 1930, pajak yang wajib dibayar oleh kaum agamawan dinaikkan 10 kali lipat, kupon untuk mendapatkan jatah makanan ditarik , dan mereka tidak lagi diperbolehkan mendapatkan layanan kesehatan. Ini berarti mereka tidak lagi menikmati hak-hak mereka sebagai warga sipil. Mereka seringkali ditangkap, dipindahkan dari tempat tugas mereka dan diasingkan. Hingga tahun 1936, sekitar 65 persen masjid dan 70 persen gereja yang ada telah dihancurkan.
Perlakuan paling kejam terhadap kaum agamawan terjadi di
Albania. Pemimpin Komunis di Albania, yang dikenal tidak beragama, adalah
Enver Hodja, yang pada tahun 1967 mengumumkan Albania sebagai negara pertama
"tanpa agama". Para agamawan dipenjarakan tanpa alasan apapun, dan beberapa
dari mereka dibunuh selama dalam tahanan. Pada tahun 1948 dua orang uskup
dan 5.000 orang agamawan ditembak. Orang-orang Muslim juga mendapat perlakuan
yang sama. Lembaran berita bulanan Nendori mengumumkan bahwa 2.169 masjid
dan gereja telah ditutup, 327 di antaranya adalah tempat ibadah Katolik.
Alasan dari semua kebijakan ini, tidak diragukan lagi, adalah
cita-cita Komunisme dalam rangka membentuk masyarakat yang secara buta
mengingkari keberadaan Tuhan, yang tidak lagi bersentuhan dengan agama,
dan hanya meyakini dan menghargai segala yang bersifat materi. Pada kenyataannya,
inilah sasaran utama yang ingin dicapai Komunisme. Sebab, para pemimpin
Komunis paham bahwa mereka hanya dapat memerintah sekehendak hati mereka
orang-orang yang berkepribadian seperti mesin, tidak lagi memiliki kepekaan,
tidak berperasaan, dan, di atas itu semua, yang tidak lagi merasa takut
kepada Tuhan. Dengan masyarakat seperti ini, para pemimpin Komunis dapat
mendorong mereka melakukan pembunuhan dan penindasan sebanyak dan sekejam
yang mereka kehendaki. Darwinisme telah mengukuhkan paham atheisme dan
membenarkan segala bentuk penindasan, kekejaman, pertikaian, dan pembunuhan
yang kesemuanya dilarang dalam agama. Segala tindakan inilah yang dianjurkan
Darwinisme agar dilaksanakan oleh semua ideologi yang telah menumpahkan
darah dan menganggap kehidupan tidak berharga di abad ke-20. Itulah sebabnya
mengapa abad yang lalu dipenuhi peperangan, pembantaian, pemberontakan,
tindak kekerasan, pertikaian dan permusuhan yang tak berkesudahan.
Dan siapakah yang
lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama
Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya?
Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah),
kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat
kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat. (QS. Al Baqarah,
2:114).
|
Penindasan dan Kekerasan oleh Kaum Komunis-Darwinis
Memunculkan kekacauan dan ketakutan adalah dua senjata sangat
penting yang selalu digunakan Marxisme dan komunisme. Kecenderungan Marxisme
kepada terorisme dan kekerasan tampak dalam percobaan di distrik Paris
ketika Marx masih hidup. Terorisme, secara khusus menjadi bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari ideologi Komunis dengan Lenin, ketika ia sedang
menerapkan teori Marx. Kaum komunis menumpahkan darah jutaan manusia di
setiap tempat di bumi, dan membuat orang mengalami penderitaan, ketakutan,
dan kekejaman dengan mendirikan organisasi-organisasi teroris. Sebagaimana
yang akan tampak di halaman-halaman berikutnya, kini semua pemimpin Komunis
dikenang karena penindasan dan pembunuhan yang mereka lakukan. Meskipun
demikian, masih saja ada sejumlah kalangan yang memajang foto para pembunuh
kejam yang bersimbah darah ini pada dinding-dinding mereka, dan masih
menerima orang-orang bengis ini sebagai guru mereka.
Orang-orang Komunis menegaskan bahwa kekejaman dan terorisme
bukanlah perbuatan mereka dan bahwa tindakan biadab ini hanya terjadi
dalam penerapan Komunisme oleh sejumlah perorangan. Mereka juga berupaya
memutihkan nama Komunisme. Namun, apapun usaha mereka, terdapat sebuah
kebenaran yang tidak dapat disangkal: Para Pendiri Komunisme secara pribadi
membela kekerasan dan terorisme dan memandangnya sangat penting bagi ideologi
mereka. Pakar ilmu politik Amerika, Samuel Francis, mengatakan tentang
hal ini:
Marx dan Engels pada dasarnya menegaskan
secara khusus bahwa revolusi akan selalu diwarnai kekerasan dan para pelaku
revolusi harus menggunakan kekerasan melawan para penguasa, dan dalam
beberapa hal mereka benar-benar menampakan dukungan terhadap terorisme.
La revolución
comunista fue muy sangrienta. Decenas de millones de personas fueron
masacradas y asesinadas brutalmente. Los lÃderes comunistas ordenaron
que todo el que se le opusiese sea liquidado.
|
Karl Marx mengatakan "pemberontakan adalah
seni sebagaimana halnya berperang" dan menggunakan perkataan Danton, salah
seorang tokoh terpenting dalam "politik revolusioner", sebagai pegangan
utama: de l'audace, de l'audace, encore de l'audace" (Serang, serang,
dan serang lagi!)
Terdapat pernyataan yang jelas oleh Lenin tentang keharusan menggunakan terorisme secara sistematis. Di bawah ini beberapa di antaranya:
Terdapat pernyataan yang jelas oleh Lenin tentang keharusan menggunakan terorisme secara sistematis. Di bawah ini beberapa di antaranya:
Pada kenyataannya, negara tidak lain adalah
mesin untuk menekan kebebasan satu kelas oleh kelas lain. Pemerintahan
diktator adalah kekuasaan yang didasarkan secara langsung pada kekuatan
dan tidak dibatasi oleh hukum... Pemerintahan diktator revolusioner kaum
buruh adalah kekuasaan yang dimenangkan dan dipertahankan dengan menggunakan
kekerasan oleh kaum buruh terhadap kaum kaya, sebuah pemerintahan yang
tidak dibatasi oleh hukum apapun.
Kita sama sekali tidak menentang pembunuhan
politis... Hanya ketika berkaitan langsung dan erat dengan pergerakan
massa, aksi teroris perorangan benar-benar mampu dan pasti membuahkan
hasil.
Agar menjadi sebuah kekuatan, para buruh
yang sadar akan kedudukannya harus memperoleh mayoritas yang mendukungnya.
Selama tidak ada kekerasan yang digunakan untuk melawan masyarakat, maka
tidak ada cara lain untuk meraih kekuasaan.
Ketika berbicara pada pertemuan para buruh, Lenin melontarkan
pernyataan mengerikan tentang betapa terorisme sangat penting bagi mereka:
Jika massa tidak bangkit secara tiba-tiba,
tak satupun yang akan tercapai... Sebab, selama kita gagal menghukum para
spekulan seperti yang sepatutnya mereka terima - dengan menembakkan peluru
di kepala mereka - kita tidak akan meraih apapun.
Salah seorang pemimpin utama Revolusi Oktober di Rusia, Trotsky,
mengatakan berikut ini untuk membenarkan perkataan Lenin:
Tetapi revolusi benar-benar memerlukan
kaum revolusioner sehingga ia meraih tujuannya dengan segala cara yang
ada - jika perlu dengan mengangkat senjata, bahkan Terorisme.
PENINDASAN DI RUSIA Gambar di samping melukiskan kekejaman yang berlangsung selama revolusi di Rusia. |
Trotsky bahkan melangkah lebih jauh lagi dalam pidatonya
yang lain,
Satu-satunya pilihan kita sekarang adalah
perang sipil. Perang sipil adalah perjuangan untuk mendapatkan makanan...
Hidup perang sipil!
Prinsip-prinsip para perumus teori Komunis seperti Lenin
dan Trotsky ini diterapkan dalam revolusi Bolshevik di Rusia. Selama masa
revolusi di musim gugur tahun 1917, mulailah terjadinya pembantaian secara
meluas, perampasan, dan kekerasan yang sulit dipercaya. Orang-orang yang
menentang atau dicurigai menentang revolusi dikumpulkan tanpa alasan,
ditangkap dan ditembak. Rumah-rumah dirampok dan dihancurkan. Terorisme,
yang dimulai dengan Lenin dan Trotsky, berlanjut terus dan menjadi semakin
buruk pada masa Stalin.
Akibat kelaparan
yang terjadi pada tahun 1921-1922 karena ulah rezim Komunis. Pemandangan
di atas memperlihatkan korban bencana kelaparan ini.
|
Harrison E. Salisbury dari The New York times melukiskan
kamp-kamp penjara Soviet sebagaimana berikut:
...sebuah benua yang keseluruhannya adalah
teror... Dibanding dengan mereka yang telah menyebabkan ratusan ribu hukuman
mati dan jutaan orang mati selama masa teror Soviet, pemerintahan Tsar
terlihat lebih baik... Otak kita sulit membayangkan kejahatan rutin dan
sistematis di mana tiga atau empat juta, atau bahkan lebih, pria dan wanita
dihukum setiap tahun dengan kerja paksa dan pengasingan untuk selamanya
- dan sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja sehingga seringkali para tahanan
tidak diberitahu tentang hukuman mereka...
Orang-orang selain Rusia, dan khususnya Turki Krimea, Turki
Asia Tengah, dan Kazakh, tak luput dari terorisme Soviet. Pengadilan khusus,
troiki, didirikan untuk membersihkan masyarakat Rusia dari orang-orang
Kazakh. Di bulan Oktober 1920 para troiki ini menghukum mati lebih dari
6.000 orang, dan perintah ini dilaksanakan dengan segera. Keluarga, dan
kadang kala tetangga, dari mereka yang menentang rezim dan yang tidak
tertangkap, disandera secara sistematis dan dikirim ke kamp-kamp penampungan.
Martin Latsis, kepala salah satu kamp ini di Ukraina dalam salah satu
laporannya mengakui bahwa ini adalah kamp kematian:
Pengambilan hasil panen pertanian warga Ukraina oleh pemerintah Rusia menyebabkan mereka mati kelaparan. |
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela)
orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak
yang semuanya berdo'a: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini
(Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau,
dan berilah kami penolong dari sisi Engkau". (QS. An-Nisaa, 4:75)
Dikumpulkan bersama-sama di kamp dekat
Maikop, para sandera, wanita, anak-anak dan orang tua bertahan hidup dalam
keadaan yang paling mengenaskan, dalam dingin dan lumpur di bulan Oktober...
Mereka sekarat seperti lalat. Para wanita bersedia melakukan apa saja
agar tidak mati. Para tentara penjaga kamp memanfaatkan kesempatan ini
dan menjadikan mereka pelacur.
Pengaruh Darwin menjadikan para pelaku revolusi Komunis membunuh
manusia dengan penuh kegilaan. Dokumen-dokumen yang ada waktu itu memperlihatkan
bahwa tujuan utama mereka adalah pemusnahan masyarakat secara keseluruhan.
Seolah mereka percaya bahwa semakin banyak orang yang mereka bunuh, semakin
besar keberhasilan yang akan mereka raih. Rencana mereka untuk melenyapkan
setiap orang yang mereka curigai menentang revolusi terungkap dalam salah
satu keputusan mereka:
Pyatigorsk Cheka (Panitia Luar Biasa untuk
Perang Melawan Anti-Revolusi) dengan seketika memutuskan untuk menghukum
mati 300 orang per hari. Mereka membagi kota menjadi sejumlah distrik
dan mengambil kuota orang dari tiap-tiap distrik, dan memerintahkan Partai
untuk menuliskan daftar hukuman mati...Di Kislovodsk, karena kehabisan
ide yang lebih baik, diputuskan untuk membunuh orang-orang yang ada di
rumah sakit.
Sebagaimana diumumkan dalam artikel utama surat kabar Krasnyi
Mech (Pedang Merah) yang pro-Komunis, orang-orang Komunis melihat
segala hal diperbolehkan dan percaya bahwa darah harus ditumpahkan agar
terbentuk warna pada bendera Merah.
Bagi kita, segalanya diperbolehkan, sebab
kitalah yang pertama kali mengangkat pedang bukan untuk menindas ras-ras
dan menjadikan mereka budak, namun untuk membebaskan umat manusia dari
belenggunya... Darah? Biarkan darah mengalir seperti air! Biarkan darah
untuk selamanya membasahi bendera hitam bajak laut yang dikibarkan orang-orang
kaya, dan biarkan bendera kita berwarna merah darah selamanya! Sebab,
hanya dengan kematian dunia lama kita dapat membebaskan diri kita sendiri
selamanya dari kembalinya orang-orang kaya itu!
Disamping segala bentuk penyiksaan ini, Stalin juga membentuk
"satuan petugas pengumpul" untuk mengumpulkan hasil panen para petani
secara paksa. Satuan ini bertanggungjawab atas segala bentuk penindasan
yang mereka lakukan. Pada tanggal 14 Februari 1922 seorang petugas pengawas
menulis:
Penyalahgunaan kedudukan oleh satuan petugas
pengumpul, secara jujur, kini telah mencapai tingkat yang sungguh sulit
dipercaya. Secara sistematis, para petani yang ditahan semuanya disekap
dalam gudang-gudang besar tanpa diberi penghangat ruangan; mereka kemudian
dicambuk dan diancam dengan hukuman mati. Mereka yang belum memenuhi seluruh
kuota mereka diikat dan dipaksa berlari dengan telanjang di sepanjang
jalanan utama desa dan kemudian disekap di gudang lain tanpa penghangat
ruangan. Sejumlah besar wanita dipukuli hingga pingsan dan kemudian dilemparkan
ke dalam lubang yang digali di salju dalam keadaan telanjang..
"Satuan Petugas
Pengumpul" hasil panen dibentuk oleh Stalin; selain menyiksa,
mereka juga merampas hasil panen para petani. Mereka yang tidak
mampu mendapatkan hasil panen yang cukup untuk diserahkan kepada
petugas pemerintah, disiksa dengan beragam cara hingga tewas.
Gambar di samping memperlihatkan nasib rakyat yang mengenaskan
di bawah pemerintahan Komunis.
|
Stalin percaya bahwa Spanyol adalah negeri yang memberi banyak
kesempatan baik bagi Uni Sovyet, dan turut campur dalam urusan negara
tersebut akan mendatangkan keuntungan. Karena itu ia memihak dan mendukung
kaum Komunis pada Perang Sipil Spanyol. Namun, dengan begitu wabah terorisme
di Uni Sovyet merebak ke Spanyol. Salah satu contoh penindasan dan penyiksaan
yang ada di sana adalah kamp konsentrasi yang menampung 200 orang anti
Stalin di awal tahun 1938. "Ketika para Stalinis memutuskan untuk membentuk
Cheka," salah seorang korban mengisahkan:
Ada sebuah pekuburan kecil yang dibersihkan
di dekat sini. Para Chekis memiliki gagasan yang sangat jahat: mereka
akan membiarkan makam-makam di pekuburan itu terbuka, dengan tulang-belulang
dan tubuh membusuk yang terlihat jelas. Di sinilah mereka menyekap orang
dengan pelanggaran-pelanggaran paling berat. Mereka memiliki beberapa
cara penyiksaan tertentu yang sangat keji. Banyak tahanan yang digantung
terbalik pada bagian kakinya selama berhari-hari . Sebagian yang lain
mereka kunci dalam lemari kecil dengan hanya satu lubang kecil di dekat
wajah untuk bernapas... Salah satu perlakuan paling buruk dikenal dengan
"laci"; para tahanan dipaksa berjongkok di dalam kotak kecil selama beberapa
hari. Beberapa di antaranya ada yang dibiarkan di sana dan tidak dapat
bergerak selama delapan hingga sepuluh hari.
Pada tahun 1931 Paus Pius XI menuturkan pendapatnya tentang
kekejaman yang ditimbulkan Komunisme kepada dunia dalam sebuah surat yang
diedarkan ke semua uskup Katolik Roma di seluruh dunia, Quadragesimo Anno:
Komunisme mengajarkan dan berusaha mewujudkan
dua hal: peperangan antar kelas yang tanpa henti dan penghapusan penuh
kepemilikan pribadi. Ini dilakukan tidak secara rahasia atau dengan cara
tersembunyi, tapi secara terbuka, dan menggunakan sarana apapun yang mungkin,
bahkan yang paling kejam sekalipun. Untuk mencapai tujuan ini, Komunisme
merasa tidak ada yang perlu ditakuti untuk dilaksanakan, dan tidak menghormati
dan menghargai apapun. Ketika berkuasa, kebiadaban dan perlakuannya yang
tidak manusiawi sungguh melampaui batas. Paham ini meninggalkan puing-puing
pembantaian dan penghancuran yang mengerikan. Wilayah Eropa Timur dan
Asia yang terbentang luas menjadi bukti akan hal ini.
Sebagaimana tertera dalam kutipan di atas, tujuan utama Komunisme
adalah perang antar kelas yang tidak mengenal belas kasih, dan penghapusan
total kepemilikan pribadi. Dengan kata lain, tujuannya adalah untuk menerapkan
teori evolusi, yang telah diterapkan Darwin dalam bidang biologi, kepada
masyarakat manusia, dan agar umat manusia berada dalam keadaan bertikai,
berperang, layaknya binatang-binatang liar di alam.
Bencana akibat Komunisme tidak hanya berlaku di Rusia. Di
antara sekian negara yang menjadi lahan penyebaran Komunisme dan yang
sekaligus menderita bencana terburuk akibat paham ini adalah Cina.
Sang Darwinis Mao Tse Tung dan Pembantaian yang Dilakukannya
Pemimpin Komunis Cina, Mao, memiliki dua orang panutan: Darwin
dan Stalin. Kedua nama ini, yang menyatu dalam kepribadian Mao, telah
menyebabkan bencana besar dan meninggalkan jejak mereka pada masa kegelapan
yang cukup lama dalam sejarah Cina. Sekitar 6 hingga10 juta orang dibunuh
secara langsung di bawah arahan Mao Tse Tung. Puluhan juta para penentang
revolusi menghabiskan sebagian besar masa hidup mereka di penjara, di
mana 20 juta di antaranya meninggal. Antara 20 dan 40 juta orang meninggal
karena kelaparan pada tahun 1959-1961, dalam masa yang dinamakan "Lompatan
Besar ke Depan," akibat kebijakan kejam Mao. Pembantaian di lapangan Tianamen
pada bulan Juni 1989 (yang menewaskan sekitar 1.000 orang) memberikan
satu gambaran tentang apa yang dialami Cina dalam sejarah masa kininya.
Pembunuhan dan pembersihan etnis terhadap penduduk Turki Mus lim di Turkistan
Timur masih terus berlangsung.
Kebiadaban dahsyat dan hal-hal yang suilt dipercaya terjadi
ketika revolusi Komunis berlangsung di Cina. Rakyatnya, yang berada dalam
pengaruh hipnotisme massal, mendukung segala jenis pembantaian dan menunjukkan
dukungan mereka dengan berteriak-teriak saat menyaksikan pembunuhan. Buku
Le Livre Noir du Communisme (Buku Hitam Komunisme), yang disusun
oleh sekelompok sejarawan dan pengajar, menjelaskan tindakan biadab Komunisme
sebagai berikut:
Kaum Komunis pendukung Mao menghukum dengan sangat kejam siapapun yang melawan mereka dalam perang sipil. Mereka dihina di hadapan masyarakat sebelum akhirnya dibunuh. |
Seluruh warga diundang untuk menghadiri
pengadilan terbuka terhadap "orang-orang yang menentang revolusi," yang
hampir dipastikan akan dihukum mati. Setiap orang turut serta menghadiri
hukuman mati tersebut, dan berteriak "bunuh, bunuh" kepada Pasukan Penjaga
Merah yang tugasnya memotong-motong tubuh korban. Kadang potongan-potongan
ini dimasak dan dimakan, atau secara paksa diberikan untuk dimakan oleh
anggota keluarga korban yang masih hidup dan yang menyaksikan peristiwa
tersebut. Setiap orang kemudian diundang dalam sebuah perjamuan, di mana
hati dan jantung dari para bekas pemilik tanah dimakan secara bersama-sama,
dan ke pertemuan di mana para pembicaranya akan beridato di hadapan barisan
potongan kepala yang masih tertancap segar di atas tiang-tiang. Kesenangan
pada kanibalisme kejam ini, yang di kemudian hari menjadi sesuatu yang
lazim di bawah rezim Pol Pot, seolah menghidupkan kembali sosok pemimpin
dari Asia Tenggara yang hidup di masa silam yang seringkali muncul di
saat-saat terjadinya malapetaka dalam sejarah Cina.
Sejumlah pemimpin
partai di Cina dituduh sebagai kapitalis. Rambut kepala mereka dicukur
di hadapan masyarakat dan kemudian dihukum mati.
|
Hukuman mati terhadap
seorang wanita Cina bernama Wang Souxin. Uang untuk membayar peluru
yang digunakan dalam hukuman mati ini diambil dari keluarga korban.
|
MEDAN PEMBANTAIAN POL POT DAN
KHMER MERAH
Antara
tahun 1975 dan 1979, selama pemerintahan Pol Pot, dua dari tujuh
juta penduduk Kamboja terbunuh. Ketika kita menyaksikan pembu-nuhan
yang dilakukan Pol Pot, yang bermimpi mendi-rikan negara Komunis
yang sempurna, dari segi persen-tasi jumlah penduduk, pembunuhan
yang dilakukannya jauh lebih besar dari yang dilakukan Hitler dan
Stalin. Yang menjadi sasaran utama Pol Pot adalah anggota masyarakat
seperti para dokter, insinyur, ilmuwan, singkatnya para intelektual
negeri tersebut, yang telah ia bunuh. Bahkan ia memerintahkan agar
"setiap orang yang berkacamata" dibunuh. Akibat pembunuhan yang
tidak manusiawi ini, terciptalah "ladang-ladang pembantaian" yang
berlangsung selama bertahun-tahun.
Alur berpikir yang digunakan oleh para petinggi Khmer
Merah untuk membenarkan pembantaian mereka terangkum dalam perkataan
ini: "Mempertahankan anda tidak ada untungnya, kehilangan anda tidak
ada ruginya". Mereka membunuh setiap orang yang mereka anggap, atau
mereka curigai sebagai, tidak berguna atau berbahaya. Setidaknya
setiap keluarga telah kehilangan salah satu anggotanya dalam pembantaian
in.
Pol Pot, yang menganggap hidup manusia tidak berharga,
percaya bahwa keberadaan keluarga merupakan hambatan bagi rencana
radikalnya untuk mewujudkan sosialisme di masa depan. Ia berusaha
menghapuskan gagasan tentang keluarga dengan mencerai-beraikan keluarga
dan mewajibkan masyarakat untuk hidup di tempat-tempat hunian milik
bersama. Kebijakan yang sama telah diterapkan oleh Stalin di Rusia.
Pertama-tama, tanah-tanah milik para petani diambil alih, kemudian
petak-petak tanah berukuran kecil dikembalikan di daerah yang sengaja
terpencar dan terpisah sangat jauh satu sama lain. Akibat dari semua
ini, suatu keluarga yang hendak menggarap lahan mereka, yang hanya
terdiri dari petak-petak lahan yang sempit, diharuskan hidup terpisah
satu sama lain.
Robert Templer, Pol Pot's Legacy of Horror,
The Age, April 18, 1998, http://dithpran.org/PolPotegacy.htm
|
Rezim Pol Pot dan
Khmer Merah menjadikan negerinya "Ladang-Ladang Pembantaian".
|
Pengalaman Pahit Kebiadaban Komunis
Kebiadaban serupa juga dialami di setiap negara yang dikuasai
Komunisme, di antaranya adalah Kamboja, Korea Selatan, Laos, Vietnam.
Eropa Timur dan negara-negara Afrika. Akibat kekejaman berdarah ini dilukiskan
dalam buku The Black Book of Communism (Buku Hitam Komunisme)
sebagaimana berikut ini:
Kejahatan-kejahatan ini cenderung mengikuti suatu pola yang
dapat dikenali meskipun dilakukan oleh rezim dengan cara yang berbeda-beda
hingga tingkat tertentu. Pola tesebut termasuk: hukuman mati dengan berbagai
cara, seperti ditembak, digantung, ditenggelamkan, pemukulan, dan, pada
sejumlah kasus, pemberian gas beracun, zat racun atau "kecelakaan mobil";
penghancuran penduduk dengan memunculkan bencana kelaparan, dengan cara
kelaparan yang sengaja dibuat, penimbunan bahan makanan, atau keduanya
sekaligus; pengusiran, yang dengannya kematian dapat terjadi dalam perjalanan
(akibat keletihan jasmani, atau penyekapan di ruangan tertutup), di tempat
tinggal seseorang, atau dengan cara kerja paksa (keletihan, penyakit,
kelaparan, dan kedinginan). Periode yang digambarkan sebagai masa "perang
sipil" keadaannya lebih parah lagi - tidak selalu mudah untuk membedakan
peristiwa yang disebabkan oleh peperangan antara para penguasa dan pemberontak,
dan kejadian-kejadian yang pantas disebut sebagai pembantaian penduduk
sipil.
Meskipun demikian, kita harus dapat mengira-ngira. Perkiraan
kasar berikut, berdasarkan perkiraan tidak resmi, memberikan kita gambaran
tentang tingkat kejahatan ini:
Uni Soviet: 20 juta korban jiwa
Cina: 65 juta korban jiwa
Vietnam: 1 juta korban jiwa
Korea Utara: 2 juta korban jiwa
Kamboja: 2 juta korban jiwa
Eropa timur: 1 juta korban jiwa
Amerika Latin: 150.000 korban jiwa
Afrika: 1,7 juta korban jiwa
Afghanistan: 1,5 juta korban jiwa
Pergerakan Komunis dunia dan partai-partai Komunis yang tidak
berkuasa: sekitar 10,000 korban jiwa
Semua rezim dan organisasi Komunis yang berbeda-beda ini
memiliki kondisi kejiwaan yang sama: mereka telah sama sekali kehilangan
segala rasa kemanusiaan seperti rasa iba, keadilan, dan kasih sayang.
Tiba-tiba saja, masyarakat manusia telah menjadi ladang-ladang peperangan
dan pembantaian, tempat para binatang buas berjuang untuk hidup dan mendapatkan
makanan. Sebagaimana seekor binatang buas yang berkelahi dengan sesama
jenisnya demi memperebutkan makanan dan wilayah kekuasaan, orang-orang
ini pun berperilaku sama, layaknya "binatang". Karena kemunculan Darwin
telah mengajarkan kepada mereka bahwa mereka pada dasarnya adalah binatang,
dan karena binatang berkelahi agar dapat bertahan hidup, maka mereka pun
mesti melakukan hal yang sama.
Pergerakan yang tidak berperikemanusiaan ini merasa bahwa
mereka telah memperoleh kehormatan dengan mengenakan topeng ilmiah palsu.
Satu-satunya alasan mengapa para pemimpin Bolshevik mampu berbicara lantang
dan terbuka mengenai penyerangan, terorisme, dan pembantaian adalah pembenaran
yang mereka dapatkan dari teori evolusi Darwin. Dalam bukunya Evolution
for Naturalists (Evolusi untuk Kaum Naturalis), P.J. Darlington sebagai
seorang evolusionis mengakui bahwa kebiadaban adalah akibat alamiah teori
evolusi, dan perilaku ini malah dibenarkan:
Butir pertama adalah bahwa mengutamakan
kepentingan pribadi dan kekerasan adalah sifat bawaan yang telah ada dalam
diri kita, yang diturunkan dari binatang nenek moyang kita yang paling
awal... Jika demikian, kekerasan adalah sesuatu yang alamiah bagi manusia,
suatu hasil dari evolusi.
Seperti yang jelas terungkap dari pengakuan evolusionis,
sangatlah wajar dan alamiah bagi ideologi komunis, yang menjadikan teori
evolusi Darwin sebagai pedoman utamanya, untuk menganggap manusia lain
sebagian hewan, memperlakukan mereka seperti layaknya binatang, dan menindas
mereka. Karena orang yang menerima ideologi komunis-darwinis lupa bahwa
ia memiliki Pencipta, ia lalai dari tujuan keberadaannya di dunia, dan
bahwa ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Sang pencipta
di hari perhitungan. Sebagai hasilnya, seperti setiap manusia yang tidak
punya rasa takut pada Allah, ia menjadi makhluk yang hanya memikirkan
kepentingannya sendiri, menjadi penguasa yang tidak berbelas kasihan,
bahkan pembunuh kejam. Allah menggambarkan kondisi orang -orang ini dan
apa yang akan menimpa pada mereka dalam Alquran:
Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim
kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu
mendapat azab yang pedih (QS. Asy Syuura, 42:42)
Pada tahun 1968, ideologi kiri menyebar dan diterima luas di seluruh penjuru dunia, khususnya oleh para pemuda di kampus-kampus universitas. Berbagai pertemuan diselenggarakan, dan para pemuda dihasut untuk melawan saudara mereka sendiri, polisi, dan tentara. Akibat peristiwa ini, sesama saudara saling bertikai, kota-kota menjadi porak-poranda, dan seluruh dunia terjerembab ke lembah kekacauan. |
PENINDASAN DI TURKISTAN
TIMUR
Meskipun pembubaran Uni Soviet telah diterima sebagai
simbul kematian Komunisme sebagai rezim politis, ideologi dan penerapan
Komunis masih terus berlanjut. Rusia dan China adalah negara di
mana mentalitas Tentara Merah ini masih sangat berpengaruh. Kebijakan
Rusia di Chechnya, dan perlakuan pemerintah Cina di Turkistan Timur,
adalah bukti paling penting tentang hal ini. Warga Turki Muslim
yang kini hidup di Turkistan Timur, tengah mengalami penindasan
yang tiada hentinya di bawah kekuasaan Cina yang didirikan Mao.
Para pemuda ditahan tanpa alasan, dihukum mati dengan tuduhan melawan
rezim, dan ditembak. Umat Islam dilarang menjalankan kewajiban agama
secara berjamaah, dan pendapatan mereka diambil dengan cara menerapkan
pajak yang tidak manusiawi. Orang-orang hidup di ambang kematian
karena kelaparan, dan uji nuklir yang dilakukan persis di depan
mereka; akibatnya merekapun terjangkiti penyakit mematikan.
Umat Turki Muslim di Turkistan Timur telah hidup dibawah
penjajahan Cina selama 250 tahun. Cina memberi nama "Sinkiang" atau
"tanah terjajah" kepada Turkistan Timur, yang merupakan wilayah
Muslim, dan menyatakannya sebagai wilayah kekuasaan mereka. Setelah
kaum Komunis yang dipimpin Mao mengambil alih wilayah tersebut pada
tahun 1949, penindasan terhadap warga Turkistan Timur meningkat
bahkan lebih kejam dari sebelumnya. Kebijakan rezim Komunis bertujuan
untuk menghancurkan kaum Muslimin yang menolak asimilasi. Mereka
yang terbunuh mencapai jumlah yang mengerikan. Jumlah korban yang
meninggal antara tahun 1949 dan 1952 mencapai 2.800.000 orang; antara
1952 dan 1957, 3.509.000 jiwa; antara 1958 dan 1960, 6.700.000 orang;
antara 1961 dan 1965, 13.300.000 orang terbunuh oleh Tentara Merah
Cina atau mati kekurangan pangan akibat ulah rezim tersebut. Bersama
dengan pembantaian setelah tahun 1965, jumlah warga Turkistan Timur
yang terbunuh mencapai jumlah yang mencengangkan: 35 juta jiwa.
Selain membantai warga Muslim sejak tahun 1949, rezim
Cina juga secara sistematis memindahkan orang-orang keturunan Cina
untuk menetap di Turkistan. Dampak dari kebijakan ini, yang dilaksanakan
pemerintah Cina sejak tahun 1953, sungguh di luar perkiraan. Pada
tahun 1953, warga Muslim berjumlah 75% dan Cina 9%, namun hingga
tahun 1982 jumlah ini menjadi Muslim 43% dan Cina 40%. Sensus tahun
1990, yang memperlihatkan jumlah populasi Muslim 40% dan Cina 53%,
merupakan petunjuk paling penting yang menunjukkan tingkat pembersihan
etnis tersebut.
Sementara itu, pemerintahan Cina menggunakan Muslim
Turkistan Timur sebagai hewan percobaan dalam uji nuklir mereka.
Akibat berbagai uji nuklir, yang dimulai pada tahun 1964, para penduduk
setempat telah terjangkiti penyakit mematikan, dan 20.000 bayi cacat
telah dilahirkan. Diketahui bahwa jumlah Muslim yang telah meninggal
akibat uji nuklir ini adalah 210.000 jiwa. Ribuan orang mengalami
cacat anggota tubuh, dan ribuan lainnya terkena penyakit seperti
kuning dan kanker.
Antara tahun 1964 hingga kini, Cina telah meledakkan
sekitar 50 bom atom dan bom hidrogen. Para ahli Swedia berhasil
mengungkap fakta bahwa pengujian nuklir bawah tanah pada tahun 1984
dengan menggunakan bom berkekuatan 150 ton telah mengakibatkan gempa
bumi berkekuatan 8,8 skala Richter.
Penindasan Cina terhadap bangsa Turki Uighur tidak
berhenti sampai di sini. Apa yang dialami selama bulan Februari
1997, saat berbagai peristiwa menyedihkan sedang pecah, merangkum
penindasan yang dilakukan oleh Cina. Menurut berita yang sampai
ke masyarakat, pada tanggal 4 September, yang merupakan hari raya
keagamaan, tentara milisi Cina memukul lebih dari 30 wanita yang
sedang berkumpul di mesjid dan membaca Alquran dengan tongkat besi
dan menyeret mereka ke markas besar keamanan. Penduduk setempat
mendatangi markas tersebut dan meminta agar mereka dibebaskan. Seketika
itu tiga tubuh wanita yang telah disiksa hingga tewas dilempar ke
hadapan mereka. Hal ini memicu kemarahan, dan bentrokan pun pecah
antara mereka dengan pihak keamanan Cina. Antara tanggal 4 hingga
7 September, 200 orang Turkistan Timur kehilangan nyawanya dan lebih
dari 3.500 orang Turki Uighur disekap di kamp-kamp. Di pagi hari
tanggal 8 September, orang-orang dilarang melakukan sholat hari
raya di masjid-masjid di mana mereka telah berkumpul. Menyusul peristiwa
ini, bentrokan pun terjadi lagi sehingga jumlah orang yang ditahan,
yang telah mencapai 58.000 orang antara April hingga Desember 1996,
meningkat menjadi 70.000 orang. Sekitar 100 pemuda ditembak di tempat-tempat
umum , dan 5.000 orang warga Turki Uighur ditelanjangi dan dipertontonkan
di depan umum secara berkelompok yang masing-masingnya beranggotakan
50 orang.
Apa yang terjadi di Turkistan Timur ini hanyalah satu
di antara berbagai penderitaan di abad ke-20. Di setiap penjuru
dunia pada abad ke-20, orang-orang dengan agama, ras, atau ideologi
yang berbeda-beda membunuh, atau membantai satu sama lain. Bukanlah
suatu kebetulan jika pola pikir Darwin berada di balik semua ideologi
yang melakukan pembunuhan ini. Sebab, dengan teorinya, Darwin telah
memudahkan orang untuk saling membunuh dan membenarkan tindakan
mereka.
Dan apabila orang-orang zalim telah menyaksikan
azab, maka tidaklah diringankan azab bagi mereka dan tidak pula
mereka diberi tangguh. (QS. An-Nahl, 16:85)
Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti
hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki
orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang
penolongpun. (QS. Ar-Ruum, 30:29)
|
(Yaitu) orang-orang (yang menta'ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan:"Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali 'Imraan, 3:173) |
PENINDASAN TIADA
HENTI DI CHECHNYA
Meskipun telah diruntuhkan oleh Dzhokar Dudayev, pendudukan
Rusia atas Chechnya pada tahun 1991 telah berubah menjadi perang
yang sesungguhnya pada tanggal 11 Desember 1994. Hal ini dipicu
oleh kerusuhan serius pada bulan Nopember di tahun yang sama. Lebih
dari 100.000 warga Chechnya kehilangan nyawa dalam peperangan tersebut,
sedangkan puluhan ribu lainnya dipaksa mengungsi. Dalam perang tersebut,
Chechnya kehilangan ratusan sumber-sumber bersejarah dan ekonominya.
Ketika Rusia mengumumkan bahwa Chechnya adalah "urusan dalam negeri"
mereka, tidak terdengar kecaman dari luar. Berton-ton bom dijatuhkan
di setiap meter persegi wilayah Chechnya. Terjadi pembersihan etnis,
sebagaimana yang belum pernah disaksikan dalam sejarah dunia, dengan
menggunakan senjata kimia yang sebenarnya telah dilarang hingga
saat ini. Namun, meskipun menghadapi berbagai macam kesulitan yang
ada, di bulan Agustus 1996, pasukan Rusia harus mengakui kekalahannya
di tangan para pejuang Chechnya, yang sama sekali tidak merasa gentar
dan berjuang demi tanah air mereka dengan segenap kekuatan yang
mereka miliki.
Rusia,
yang harus menerima Chechnya sebagai negara terpisah dalam perjanjian
yang ditandangani para pejabat tinggi di bulan Agustus 1996 dan
Mei 1997, tampak telah menerima keadaan tersebut. Namun di bulan
Oktober 1997, pasukan Rusia memasuki wilayah Chechnya dan mulai
melakukan pembunuhan, tanpa membedakan wanita, anak-anak, dan orang
tua. Penduduk sipil menjadi sasaran pengeboman yang tiada henti
selama berbulan-bulan. Untuk mematahkan perlawanan penduduk, rumah
sakit, pasar dan iring-iringan pengungsi secara khusus dipilih sebagai
sasaran. Pada akhirnya terungkap bahwa Rusia telah menggunakan bom
kimia, rudal scud, dan peluru Napalm dalam perangnya melawan Chechnya.
Di samping itu, pihak Rusia mencemari sungai Argun, yang biasa digunakan
oleh warga di banyak desa di Chechnya, dengan menggunakan racun.
Kebanyakan wanita dan anak-anak yang meminum air yang tercemar tersebut
meninggal, sedangkan ratusan lagi menanti ajal mereka di pintu-pintu
rumah sakit. Karena air sungai tersebut mengandung racun, maka penduduk
sipil yang tidak mampu menemukan sumber air untuk minum atau keperluan
lainnya terpaksa menjalani masa-masa yang teramat sulit.
Keadaan para pengungsi juga sangat mengkhawatirkan.
Penelitian yang dilakukan di tempat-tempat pengungsian menunjukkan
sudah terlampau banyaknya jumlah pelanggaran hak-hak asasi manusia.
Sekitar 250.000 pengungsi Chechnya yang menyelamatkan diri dari
peperangan mendapatkan perlindungan di Ingushetya, sedangkan sisanya
di wilayah-wilayah tetangga lainnya. Diberitakan bahwa Rusia telah
menghabiskan dana 385 juta dolar untuk membiayai perang tersebut.
Pihak Chechnya mengatakan, antara bulan September 1999 dan 25 Juli
2000, sebanyak 1.460 pejuang dan 45.000 penduduk sipil Chechnya
telah tewas. Rusia berencana menyapu bersih seluruh pejuang Chechnya
yang telah berperang melawan mereka hingga bulan Nopember 2000.
|
PENGARUH LUAS IDEOLOGI
DARWINIS KOMUNIS
Komunisme adalah ideologi yang dimunculkan oleh orang-orang
yang hidup di tahun 1800-an. Mereka boleh dikatakan sebagai kalangan
yang "tidak memiliki pemahaman yang cukup" tentang ilmu pengetahuan.
Karenanya, tidak mengherankan jika kajian dan pernyataan dari ideologi
ini telah berulang-ulang terbukti keliru. Di samping itu, ideologi
ini telah jelas-jelas memunculkan bencana bagi umat manusia, dan,
karenanya, tidak membawa kebaikan. Jadi, salah satu alasan terpenting
mengapa pengaruhnya dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat
luas di banyak negara adalah ketiadaan pemahaman yang memadai tentang
ilmu pengetahuan pada mereka yang menerima ideologi tersebut.
Setelah Revolusi Industri, sebagian masyarakat hidup
dalam keadaan sangat miskin, sementara di pihak lain terdapat kalangan
yang hidup sangat berkecukupan. Jurang pemisah yang sangat lebar
ini memunculkan ketegangan yang rentan terhadap segala bentuk kekacauan
yang sengaja dimunculkan dalam kelompok-kelompok masyarakat di sebagian
besar negara. Ketegangan terjadi di negara-negara seperti Rusia,
yang masih hidup di tingkat masyarakat agraris, dan Cina. Kelompok-
kelompok masyarakat yang mendambakan hak dan keadilan pun mengekor
di belakang mereka. Akan tetapi, buah yang dihasilkan malah bertentangan
yang mereka inginkan. Mereka hidup dalam kondisi ekonomi yang jauh
lebih parah dari sebelumnya. Di satu sisi mereka harus menghindarkan
diri dari mati kelaparan, sedangkan di sisi lain mereka menjalani
hidup dalam ketakutan dan ancaman pembunuhan yang dapat terjadi
kapanpun; juga penyiksaan, pengusiran, dan perampokan.
Telah jelas bahwa ideologi yang didasarkan pada pengingkaran
terhadap agama; yang meyakini pertikaian, perseteruan, dan peperangan
sebagai satu-satunya landasan berpijak bagi perkembangan dan kemajuan;
yang percaya bahwa manusia pada dasarnya adalah binatang; dan yang
didasarkan pada gagasan menyimpang bahwa nilai-nilai moral seperti
keluarga, kesetiaan, dan persaudaraan yang erat tidaklah perlu dan
tidak penting; tidak akan mendatangkan kedamaian, keamanan, kebahagiaan,
dan keadilan. Namun kelompok-kelompok masyarakat ini tidak memiliki
pandangan ke depan dan pemahaman untuk menilai dan mengkaji hal
ini. Mereka melihat foto Karl Marx dan Friedrich Engels, dan menganggapnya
sebagai pemikir yang "paling mendalam", "paling susah dimengerti",
dan "paling tahu". Mereka melihat penampakan ilmiah yang sebenarnya
palsu, kesan mendalam yang hanya di kulit luarnya saja, dan wajah-wajah
memukau dari mereka yang mendukung kedua tokoh tersebut, dan terpedaya
oleh sihir Komunisme dan materialisme. Padahal, jika mereka masih
hidup, mereka akan mengetahui bahwa setiap pemimpin Komunis memiliki
pemahaman yang dangkal dan terbelakang, dan mereka adalah orang-orang
yang tidak memahami ilmu pengetahuan.
Tak seorang pun yang mereka anggap sebagai pemimpin
memiliki pandangan jauh ke depan. Mereka hanya mampu menjalin ikatan
dengan kelompok-kelompok masyarakat tersebut dengan mengancam dan
menebarkan rasa takut. Mereka adalah orang-orang yang menggunakan
kekerasan, kebiadaban, kekejaman, dan pembunuhan sebagai cara dan
berpikir sangat dangkal dan terbelakang. Kini banyak orang-orang
yang dulunya Komunis telah menyadari betapa sangat besar kesalahan
yang telah mereka perbuat di masa lalu, dan menyesalinya. Mereka
telah paham bahwa mereka telah mengikuti secara buta cita-cita yang
tak akan pernah terwujud, sesuatu yang tak lebih dari sekedar suara
lantang namun kosong tak bermakna. Sebagian yang lain menghabiskan
waktu dengan berusaha menunjukkan bahwa mereka masih belum meninggalkan
ideologinya. Mereka melakukan ini karena tidak mau mengakui kekalahan
dan tidak mau menerima kebenaran. Mereka berkata, "Kami suatu saat
akan menang."
Suatu masa akan datang ketika ilmu pengetahuan akan
mampu menjangkau ke pelosok manapun dan kapanpun, di mana manusia
akan mampu mengetahui kebenaran dan kenyataan lebih banyak serta
jauh lebih mudah dari sebelumnya. Dengan keadaan seperti ini, berbagai
cara untuk mempengaruhi orang, yang menyerupai mantera sihir, dari
orang-orang Komunis, Materialis, dan Darwinis, berikut perkataan
memikat dan seruan untuk berperang kini telah kehilangan pengaruhnya.
Berbagai ideologi rapuh tersebut, yang kekuatannya dapat dihilangkan
dengan pengajaran ilmu pengetahuan, akan kehilangan daya pengaruhnya
dengan cepat. Sehingga hari-hari yang menyenangkan, damai dan bahagia
menanti umat manusia. Yang paling penting lagi, pemahaman tentang
kebohongan Darwinisme, dengan bukti yang kokoh, akan mengakhiri
riwayat ideologi-ideologi ini.
|
Kesimpulan: Komunisme adalah Kebiadaban akibat
Berpaling dari Agama
Siapapun yang mencermati pembantaian, pembunuhan, dan penderitaan
yang sengaja ditimpakan terhadap manusia oleh orang-orang Komunis, Nazi,
atau Kolonialis, akan bertanya-tanya bagaimana para pendukung berbagai
paham ini dapat menjauhkan diri mereka sendiri dari sifat-sifat yang umumnya
ada dalam diri manusia. Alasan satu-satunya dari kebiadaban dan penindasan
yang dilakukan oleh para pemimpin ini adalah hilangnya agama dalam diri
mereka dan ketiadaan rasa takut kepada Tuhan. Manusia yang takut kepada
Tuhan dan memiliki keimanan yang mantap kepada hari akhir, sudah pasti
tidak akan mampu melakukan segala bentuk penindasan, kejahatan, ketidakadilan,
dan pembunuhan sebagaimana yang telah kami paparkan. Selain itu, betapapun
ia dipengaruhi, seseorang yang beriman kepada Tuhan dan hari akhir tidak
akan pernah terseret untuk mengikuti ideologi yang sedemikian menyesatkan.
Namun orang yang tidak beragama dan tidak memiliki rasa takut
kepada Tuhan tidak mengenal batas apapun. Seseorang yang meyakini bahwa
ia dan makhluk hidup lainnya berevolusi secara kebetulan dari materi tak
hidup, yang percaya bahwa nenek moyangnya adalah binatang, dan yang menerima
bahwa tiada sesuatu pun selain materi, dapat dengan mudah dipengaruhi
untuk melakukan segala bentuk kekejaman. Pada pandangan pertama, orang-orang
ini mungkin tampak tidak akan menyakiti siapapun. Namun, pada keadaan
tertentu mereka dapat berubah menjadi seorang jagal yang melakukan pembantaian.
Mereka mampu menjelma menjadi sosok pembunuh yang memukul atau menjadikan
orang-orang kelaparan hanya karena tidak mau mengikuti paham mereka. Mereka
dapat berubah menjadi orang-orang yang dipenuhi rasa kebencian, muak,
dan permusuhan. Ini dikarenakan cara pandang mereka terhadap dunia mengharuskan
hal yang demikian ini terjadi.
Pada tahun 1983, Alexander I. Solzhenitsyn, pemenang hadiah
Nobel tahun 1970 untuk bidang literatur, memberikan pidato di London di
mana ia berusaha menjelaskan mengapa banyak sekali malapetaka buruk yang
telah menimpa rakyatnya:
Lebih dari setengah abad yang lalu, ketika saya masih kecil,
saya teringat saat mendengarkan sejumlah orang-orang tua memberikan penjelasan
berikut ini atas bencana dahsyat yang menimpa Rusia: "Manusia telah melupakan
Tuhan; itulah mengapa semua ini terjadi."
MEREKA YANG TERANIAYA Pemandangan yang mengisahkan sekelumit tentang kekejaman Komunis terhadap umat manusia. Orang-orang terbaring lemah akibat kelaparan, kehausan, dan rasa putus asa. Mereka hidup dalam kemelaratan, mereka membutuhkan... |
Sejak saat itu saya menghabiskan hampir
50 tahun untuk menulis tentang sejarah revolusi kami; dalam proses tersebut
saya telah membaca ratusan buku, mengumpukan ratusan kesaksian dari orang-orang,
dan telah menyumbangkan delapan jilid karya saya dalam upaya membersihkan
puing-puing reruntuhan yang tertinggal akibat petaka tersebut. Tapi, jika
sekarang saya diminta untuk mengatakan seringkas mungkin penyebab utama
revolusi yang menghancurkan tersebut, yang menelan sekitar 60 juta rakyat
kami, saya tidak mampu mengungkapkannya dengan lebih tepat kecuali mengulang
perkataan: "Manusia telah melupakan Tuhan; itulah mengapa semua ini terjadi."
Kesimpulan Solzhenitsyn di atas benar-benar sungguh tepat.
Sungguh, satu-satunya hal yang mampu menenggelamkan masyarakat ke jurang
kebiadaban sedalam itu, yang menjadikan mereka berpaling dari berbagai
bentuk penindasan dan tidak mau berbuat apa-apa, adalah berpalingnya mereka
dari Tuhan. Sementara Tuhan tidak pernah lupa dan tidak pernah berbuat
salah. Para pemimpin Komunis yang bengis tersebut menyangka bahwa mereka
telah membangun sistem mereka sendiri untuk mengatur masyarakat dunia.
Mereka beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan dan kekuatan yang luar
biasa. Mereka bahkan mengadakan berbagai pertemuan rahasia, di mana meraka
berbisik satu sama lain tentang kebiadaban berikutnya yang akan mereka
lakukan terhadap rakyat guna memperbesar kekuasaan dan kekuatan mereka.
Namun ketika mereka melakukan semua ini, Tuhan mengetahuinya, dan Dia
akan memberikan balasan terhadap apa yang telah mereka perbuat. Dia menyatakan
hal ini dalam Alquran:
Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya,
lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.Allah
mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya.Dan
Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Tidakkan kamu perhatikan, bahwa
sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah
yang keempatnya.Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah
yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang
dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun
mereka berada.Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari
kiamat apa yang telah mereka kerjakan.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu. (QS. Al Mujaadilah, 58:6-7)
Kemudian terdapat golongan orang-orang yang mengikuti para
pemimpin kejam ini, yang menjilat dibelakang mereka. Keadaan mereka ini
dinyatakan dalam Alquran dalam ayat
"Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun,
akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.
(QS.Yuunus, 10:44).
Dengan kata lain, orang-orang ini menzalimi dirinya sendiri
dengan melalaikan ajaran Allah dan mengikuti pemimpin-pemimpin Darwinis.
Di ayat Alquran lainnya dinyatakan bahwa manusia sendirilah yang sebenarnya
memunculkan bencana kejahatan dan kerusakan yang terjadi di dunia:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
(QS. Ar-Ruum, 30:41)
Satu-satunya cara guna mencegah bencana ini agar tidak terulang
lagi adalah agar manusia menjalani hidup dengan beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian, dan tanpa melupakan bahwa mereka akan mempertanggungjawabkan
segala yang telah mereka perbuat. Dan agar manusia hidup di bawah cahaya
Alquran, yang Allah turunkan untuk seluruh manusia agar mereka menjadi
manusia yang memiliki akhlak mulia seperti cinta, kasih sayang, kedermawanan,
dan kesetiaan, sebagaimana diperintahkan dalam Alquran.
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. (QS. An-Nahl, 16:97)
Rezim
berhaluan Komunis-Darwinis tidak menghargai rakyatnya. Mereka diterlantarkan
hingga melarat, dan meninggal dengan mata terbuka. Rusia adalah
contoh nyata kekejaman ini.
|