Kamis, 31 Mei 2012

DARWINISME: SUMBER KEKEJAMAN KOMUNIS

Abad yang baru saja kita tinggalkan dipenuhi dengan berbagai tindak kekerasan dan kebiadaban. Tidak diragukan lagi, ideologi pembawa bencana terbesar bagi umat manusia di abad tersebut adalah Komunisme, paham yang paling tersebar luas di seluruh dunia. Komunisme, yang mencapai puncak sejarahnya melalui dua tokoh filsuf Jerman, Karl Mark dan Friedrich Engels pada abad ke-19, telah begitu banyak menumpahkan darah di berbagai belahan bumi, melebihi apa yang dilakukan oleh kaum Nazi dan para penjajah. Paham ini telah merenggut nyawa orang-orang yang tidak berdosa, memunculkan gelombang kekerasan, dan menebarkan rasa ketakutan serta putus asa di kalangan umat manusia. Bahkan kini, ketika orang menyebut-nyebut negara Tirai Besi dan Rusia, segera muncul gambaran tentang masyarakat yang terselimuti kegelapan, kabut, rasa putus asa, beragam persoalan, dan ketakutan; serta jalanan yang tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan. Tidak menjadi soal, seberapa dahsyat Komunisme dianggap telah hancur di tahun 1991, puing-puing yang ditinggalkannya masih tetap ada. Tak peduli, meskipun orang-orang Komunis dan Marxis yang "tak pernah jera" tersebut telah menjadi "liberal", filsafat materialis, yang merupakan sisi gelap Komunisme dan Maxisme, dan yang memalingkan manusia dari agama dan nilai-nilai akhlak, masih tetap berpengaruh pada mereka.

Ideologi yang menebarkan ketakutan ke seluruh penjuru dunia ini sebenarnya mewakili pemikiran yang telah ada sejak zaman dahulu kala. Dialektika meyakini bahwa seluruh perkembangan di jagat raya terjadi akibat adanya konflik. Berdasarkan kepercayaan ini, Marx dan Engels melakukan pengkajian terhadap sejarah dunia. Marx menyatakan bahwa sejarah manusia adalah berupa konflik, dan konflik yang ada sekarang adalah antara kaum buruh dan kaum kapitalis. Para buruh ini akan segera bangkit dan memunculkan revolusi Komunis.
Sebagaimana orang-orang materialis, kedua pendiri komunisme ini memendam kebencian yang mendalam terhadap agama. Marx dan Engels, keduanya adalah atheis tulen yang memandang perlunya menghapuskan keyakinan terhadap agama dilihat dari sudut pandang Komunisme.

Tetapi, ada satu hal yang belum dimiliki Marx dan Engels: agar dapat menarik pengikut di kalangan masyarakat secara lebih luas, mereka perlu membungkus ideologi mereka dengan penampakan ilmiah. Inilah awal dari terbentuknya ideologi gabungan berbahaya yang kemudian memunculkan penderitaan, kekacauan, pembunuhan masal, pertikaian sesama saudara, dan perpecahan di abad ke-20. Darwin mengemukakan teorinya tentang evolusi dalam bukunya The Origin of Species. Dan sungguh menarik bahwa pernyataan utama yang ia kemukakan adalah penjelasan yang sedang dicari-cari oleh Marx dan Engels. Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada sebagai hasil dari "perjuangan untuk mempertahankan hidup" atau "konflik dialektika". Lebih dari itu, ia mengingkari penciptaan dan menolak keyakinan terhadap agama. Bagi Marx dan Engels hal ini merupakan kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.

Kekaguman Marx dan Engels Terhadap Darwin
Sedemikian pentingnya Darwinisme bagi komunisme sehingga hanya beberapa bulan setelah buku Darwin terbit, Engels menulis kepada Marx, "Darwin, yang (bukunya) kini sedang saya baca, sungguh mengagumkan."
Marx menjawab tulisan Engels pada tanggal 19 Desember 1860, dengan mengatakan, "Ini adalah buku yang berisi dasar berpijak pada sejarah alam bagi pandangan kita."


Bapak pendiri Komunisme: Karl Marx dan Friedrich Engels.


KEHANCURAN TEORI SEJARAH MARXIS

Karl Mark, bapak pendiri Komunisme, sangat terpengaruh oleh gagasan Dawin, dan meng-gunakan gagasan ini untuk menjelaskan proses dialektik sejarah. Menurut Marx, masyarakat menempuh tahapan-tahapan yang berbeda dalam sejarah, dan yang menentukan tahap-tahap tersebut adalah perubahan dalam sarana produksi dan hubungan-hubungan produksi. Berda-sarkan pandangan ini, ekonomi menjadi penentu segala sesuatu yang lain. Sejarah melewati beberapa tahapan evolusi: Masyarakat primitif, masyarakat budak, masyarakat feodal, masyarakat kapitalis, dan masyarakat Komunis sebagai tahapan yang terakhir.
Namun, sejarah telah membuktikan sendiri bahwa periode evolusi yang dikemukakan Marx ternyata keliru. Tidak ada masa dalam sejarah masyarakat manapun yang melalui tahapan evolusi sebagaimana yang dikemukakan Marx. Sebaliknya, berbagai sistem yang diyakini Marx terjadi melalui serangkaian tahapan tertentu, malah dapat terjadi dalam waktu yang bersamaan dan dalam masyarakat yang sama pula. Di saat satu wilayah dari suatu negara sedang mengalami sistem yang menyerupai masyarakat feodal, sistem kapitalis berlaku di wilayah lainnya dalam negara yang sama. Jadi, pernyataan bahwa tahapan dari satu sistem ke sistem berikutnya mengikuti pola evolusi sebagaimana yang dikemukakan oleh Marx dan teori evolusi tidak dapat dibuktikan sama sekali.
Sebaliknya, tak satupun ramalan Marx tentang masa depan menjadi kenyataan. Akhirnya disadari bahwa teori-teori Marx tidak dapat diterapkan dalam waktu 10 tahun setelah kematiannya. Marx menyatakan bahwa secara bergantian, negara-negara maju kapitalis akan mengalami revolusi Komunis. Namun, periode ini tidak pernah terjadi. Lenin, salah seorang pengikut setia Marx, mencoba menjelaskan mengapa revolusi ini belum juga terjadi, dan kemudian membuat ramalan lain bahwa revolusi Komunis akan dialami oleh negara-negara Dunia Ketiga. Namun, sejarah membuktikan ketidakbenaran seluruh pernyataan Lenin. Di masa kini, jumlah negara-negara yang berada di bawah kekuasaan Komunisme dapat dihitung dengan jari tangan sebelah. Selain itu, Maxisme menggunakan kekerasan di setiap wilayah di mana mereka meraih kekuasaan, dan ia berkuasa bukan melalui gerakan yang didukung masyarakat luas, seperti yang diakuinya, melainkan dengan kekuatan diktator.
Singkatnya, sejarah yang baru saja berlalu benar-benar membuktikan kekeliruan periode evolusi sejarah sebagaimana perkiraan filsafat Marxis. Teori seperti "dialektika sejarah" dan "evolusi sejarah" dalam berjilid-jilid buku yang ditulis oleh para ideolog materialis seperti Marx dan Engels, hanyalah hasil khayalan mereka.


Dalam sebuah surat yang ditulis Marx pada tanggal 16 Januari 1861 kepada Lassalle, seorang teman sosialis lainnya, ia mengatakan: "Buku Darwin sangatlah penting dan membantu saya meletakkan dasar berpijak dalam ilmu alam bagi perjuangan kelas dalam sejarah." Begitulah, pernyataan ini mengungkap betapa pentingnya teori evolusi bagi Komunisme.

Marx menunjukkan rasa simpatinya terhadap Darwin dengan mempersembahkan karya terpentingnya, Das Kapital, kepada Darwin. Salinan buku jilid pertama karya Marx yang dimiliki Darwin dibubuhi tulisan tangan Marx sendiri, yang menggambarkan dirinya sebagai "pengagum tulus" sang Naturalis Inggris, yakni Darwin.

Engels juga mengakui kekagumannya pada Darwin dalam pernyataannya:
Alam adalah ujian bagi dialektika, dan perlu dikemukakan...bahwa pada akhirnya, alam berjalan secara dialektik dan bukan secara metafisik...Dalam hal ini, nama Darwin mesti disebut sebelum yang lain

Engels memuji Darwin dan Marx sebagai dua orang yang memiliki kesamaan, "Sebagaimana Darwin menemukan hukum evolusi pada alam kehidupan, Marx menemukan hukum evolusi pada sejarah manusia," katanya

Dalam karyanya yang lain, Engels menekankan betapa pentingnya usaha yang dilakukan Darwin dalam membangun sebuah teori yang menentang agama:
Ia (Darwin) telah memberikan pukulan paling keras terhadap gambaran metafisik tentang alam melalui pembuktiannya bahwa alam kehidupan yang ada sekarang - tumbuhan, binatang, dan juga manusia tentunya - adalah hasil dari proses evolusi yang terus berlangsung selama jutaan tahun.

Selain itu, Engels dengan segera menunjukkan penerimaannya terhadap teori Darwin dengan menulis artikel berjudul "The Part Played by Labour in the Transition from Ape to Man" ("Peran yang Dimainkan Kaum Buruh dalam Peralihan dari Kera ke Manusia".)
Peneliti Amerika, Conway Zirckle, menjelaskan mengapa para pendiri Komunisme segera menerima teori Darwin:
Marx dan Engels menerima evolusi segera setelah Darwin menerbitkan buku The Origin of Species. Evolusi, sudah pasti, hanyalah sesuatu yang dibutuhkan para pendiri komunisme untuk menjelaskan bagaimana manusia muncul menjadi ada tanpa perlu campur tangan kekuatan supernatural apapun, dan karenanya dapat digunakan untuk mengukuhkan landasan filsafat materialistis mereka. Tambahan pula, penafsiran Darwin tentang evolusi - bahwa evolusi telah berlangsung melalui hasil kerja seleksi alam - memberi mereka penjelasan lain di luar penjelasan teologis yang berlaku umum terhadap fakta bahwa semua bentuk kehidupan teradaptasi dengan lingkungan mereka.

Tom Bethell, dari majalah Harper's, menjelaskan kaitan mendasar antara Marx dan Darwin sebagaimana berikut:
Marx mengagumi buku Darwin bukan karena alasan ekonomis, namun karena alasan yang lebih mendasar bahwa alam semesta menurut Darwin sepenuhnya bersifat materialistik, dan penjelasan tentang hal ini tidak lagi merujuk kepada penyebab yang tidak nampak, yang bukan materi di luar atau di 'balik' alam semesta. Berkenaan dengan hal yang penting ini, Darwin dan Marx benar-benar kawan sejati.

Kini hubungan antara Darwinisme dan Marxisme adalah kebenaran yang nyata dan diakui setiap orang. Buku-buku yang mengisahkan riwayat hidup Karl Marx senantiasa mengemukakan hal ini secara jelas. Misalnya, sebuah biografi Karl Marx memaparkan hubungan tersebut sebagaimana berikut:
"Darwinisme memunculkan serangkaian kebenaran yang utuh yang mendukung Marxisme, dan membuktikan serta mengembangkan kebenarannya. Penyebaran pemikiran evolusi Darwinis telah menciptakan lahan subur bagi pemikiran Marxis secara keseluruhan untuk diterima oleh kalangan buruh... Marx, Engels, dan Lenin memberikan perhatian sangat besar terhadap pemikiran Darwin dan menekankan nilai ilmiahnya, dengan demikian penyebaran pemikiran ini mengalami percepatan."

Seperti yang telah kita pahami, Marx dan Engels senang karena merasa yakin bahwa gagasan evolusi Darwin memberikan dukungan ilmiah bagi cara pandang atheis mereka. Namun kegembiraan ini terbukti terlalu dini. Teori evolusi nampak mendapatkan penerimaan yang luas karena dikemukakan di abad ke-19. Teori ini masih penuh dengan kekeliruan karena ketiadaan bukti ilmiah apapun yang mendukungnya. Ilmu pengetahuan, yang berkembang pada paruh kedua abad ke-20, telah mengungkap ketidakabsahan teori evolusi. Ini berarti keruntuhan pemikiran Komunis dan Materialis sebagaimana halnya yang menimpa Darwinisme. (Untuk lebih jelasnya silakan membaca buku Keruntuhan Teori Evolusi karya Harun Yahya). Tetapi, karena para ilmuwan yang berpandangan materialis tahu bahwa keruntuhan Darwinisme juga berarti keruntuhan ideologi-ideologi mereka sendiri, mereka mengusahakan berbagai cara yang mungkin untuk menyembunyikan keruntuhan Darwinisme tersebut dari pandangan masyarakat.

Kekaguman Pengikut Marx dan Engels terhadap Darwin
Para pengikut Marx dan Engels, yang bertanggung jawab atas kematian jutaan orang dan ratusan juta lainnya yang hidup dalam penderitaan, ketakutan, dan kekerasan, menyambut hangat teori evolusi dengan penuh kegembiraan.
John N. Moore berbicara mengenai kaitan antara evolusi dan para pemimpin Uni Soviet yang menerapkan gagasan Marx dan Engels di Rusia:
Pemikiran para pemimpin Uni Soviet berakar kuat pada cara pandang evolusi.
Adalah Lenin yang menjadikan proyek revolusi Komunis Marx sebagai kenyataan. Lenin, pemimpin pergerakan Bolshevik Komunis di Rusia, bertujuan menjatuhkan rezim Tsar di Rusia dengan kekuatan bersenjata. Kekacauan pasca Perang Dunia I memberi kesempatan yang selama ini dinanti-nantikan kaum Bolshevik. Di bawah pimpinan Lenin, kaum Komunis merebut kekuasaan melalui perjuangan bersenjata dalam bulan Oktober 1917. Menyusul revolusi ini, Rusia menjadi ajang perang sipil berdarah selama 3 tahun antara pihak Komunis melawan para pendukung Tsar.
Seperti para pemimpin Komunis lainnya, Lenin seringkali menegaskan bahwa teori Darwin merupakan landasan berpijak yang sangat penting bagi filsafat materialis dialektika.


Salah satu pernyataannya mengungkap pandangannya tentang Darwinisme:
Darwin mengakhiri keyakinan bahwa spesies binatang dan tumbuhan tidak berkaitan satu sama lain, kecuali secara kebetulan, dan bahwa mereka diciptakan oleh Tuhan, dan karenanya tidak mengalami perubahan.

Lenin ve Trotsky
Trotsky, yang dianggap tokoh paling penting dalam revolusi Bolshevik setelah Lenin, kembali menekankan pentingnya Darwinisme. Ia menyatakan kekagumannya atas Darwin sebagaimana berikut:
Penemuan Darwin adalah kemenangan terbesar dialektika di segala bidang kehidupan.

Menyusul kematian Lenin di tahun 1924, Stalin, yang dikenal luas sebagai diktator paling berdarah sepanjang sejarah dunia, menggantikannya menduduki jabatan pemimpin Partai Komunis. Selama 30 tahun masa pemerintahannya, apa yang dilakukan Stalin hanyalah pembuktian atas kekejaman sistem Komunisme.

Kebijakan penting Stalin yang pertama adalah mengambil alih lahan-lahan milik petani yang berjumlah 80% dari keseluruhan penduduk Rusia atas nama negara. Atas nama kebijakan pengambilalihan dan pengumpulan tanah ini, yang ditujukan untuk menghilangkan kepemilikan pribadi, semua hasil panen para petani Rusia dikumpulkan oleh aparat bersenjata. Akibat yang ditimbulkan adalah bencana kelaparan yang mengenaskan. Jutaan wanita, anak-anak dan orang tua yang tidak mampu mendapatkan apapun untuk dimakan, terpaksa menggeliat kelaparan hingga meninggal. Korban meninggal di Kaukasus saja mencapai 1 juta jiwa.

Stalin mengirim ratusan ribu orang yang mencoba melawan kebijakan ini ke kamp-kamp kerja paksa Siberia yang mengerikan. Kamp-kamp ini, di mana para tahanan dipekerjakan hingga mati, menjadi kuburan bagi kebanyakan mereka. Selain itu, puluhan ribu orang dibunuh oleh polisi rahasia Stalin. Jutaan orang dipaksa mengungsi ke daerah-daerah terpencil di Rusia, termasuk warga Krimea dan Turki Turkestan.

Melalui kebijakan berdarah ini, Stalin telah membunuh sekitar 20 juta orang. Para sejarawan telah mengungkap bahwa kebiadaban ini memberikan kenikmatan tersendiri baginya. Ia merasa sangat senang untuk duduk di mejanya di Kremlin sembari memeriksa daftar mereka yang mati di kamp-kamp konsentrasi atau yang telah dihukum mati.
Selain karena kondisi kejiwaannya, yang paling berpengaruh hingga menjadikannya pembunuh yang demikian kejam adalah filsafat materialis yang ia yakini. Dalam perkataan Stalin sendiri, pijakan utama bagi filsafat ini adalah teori evolusi Darwin. Ia menjelaskan betapa pentingnya pemikiran Darwin:
Tiga hal yang kita lakukan agar tidak melecehkan akal para pelajar seminari kita. Kita harus mengajarkan mereka usia bumi, asal-usul bumi, dan ajaran-ajaran Darwin.

Ketika Stalin masih hidup, teman dekat semasa kecilnya mengisahkan bagaimana Stalin menjadi seorang atheis dalam buku Landmarks in the life of Stalin (Peristiwa Penting dalam Kehidupan Stalin):

Stalin termasuk diktator paling berdarah sepanjang sejarah. Ia bertanggung jawab atas terbunuhnya puluhan juta manusia, kematian akibat kelaparan dan kemiskinan, dan jutaan lagi yang terlantar tanpa tempat tinggal dan mata pencaharian.

Di usia yang sangat dini, ketika masih sebagai seorang murid di sekolah Kristen, kawan saya Stalin telah memiliki pola pikir yang kritis dan revolusioner. Ia mulai membaca buku Darwin dan menjadi seorang atheis.

Dalam buku yang sama, G. Glurdjidze, teman Stalin semasa kecil, mengisahkan bagaimana Stalin berhenti mengimani Tuhan dan mengatakan kepadanya bahwa alasannya adalah buku Darwin. Stalin juga memaksanya untuk membaca buku tersebut.

Salah satu bukti penting tentang keyakinan buta Stalin terhadap teori evolusi adalah penolakan sistem pendidikan Soviet terhadap hukum genetika Mendel di saat ia masih berkuasa. Hukum ilmiah yang telah diterima di seluruh dunia ilmu pengetahuan sejak awal abad ke-20 ini menolak gagasan Lamarck yang menyatakan bahwa "sifat dapatan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya." Ilmuwan Rusia Lysenko melihat hal ini sebagai pukulan hebat terhadap teori evolusi dan, oleh karenanya, merupakan bahaya besar. Ia menyampaikan gagasannya kepada Stalin. Stalin terkesan dengan pemikiran Lysenko dan menempatkannya sebagai kepala sejumlah organisasi ilmiah milik pemerintah. Demikianlah, ilmu genetika, yang telah memberikan pukulan berat bagi evolusi, tidak diterima di organisasi ilmiah atau sekolah manapun di Uni Soviet hingga kematian Stalin.

Di masa Stalin, Uni Soviet telah berubah menjadi wilayah yang penuh kekacauan di mana jutaan nyawa manusia senantiasa terancam. Meski bersih dari kesalahan apapun, mereka dapat diciduk kapanpun untuk menerima siksaan yang belum pernah terbayangkan. Tidak hanya Komunisme, sejarah Fasisme juga dipenuhi dengan perlakuan serupa.

Ketika mengkaji berbagai peristiwa ini, para pengamat sejarah terjebak dalam kesalahan saat mengemukakan bahwa penyebab utama dari segala kebiadaban dan kejahatan ini adalah dikarenakan Lenin, Stalin, Mao, Hitler, dan Mussolini memiliki kepribadian yang tidak stabil dan menderita penyakit kejiwaan. Namun, kebetulan macam apakah ini jika seluruh dunia harus jatuh ke tangan orang-orang yang jiwanya terganggu pada saat yang bersamaan?
Adalah sebuah kebenaran yang jelas dan pasti bahwa orang-orang ini beserta ideologi yang dianutnya, semuanya meminum dari mata air yang sama. Segala kebijakan yang mereka terapkan dikemukakan sebagai sesuatu yang sah dan satu-satunya yang benar berdasarkan sumber yang sama. Singkatnya, di belakang orang-orang ini ada satu pihak lain yang paling bertanggung jawab atas semua yang telah terjadi. Penyebab munculnya para pemimpin yang tidak manusiawi dan berpenyakit kejiwaan, yang menyeret jutaan manusia untuk mengikuti mereka, dan yang membolehkan mereka melakukan kejahatan, adalah pembenaran dan dukungan yang seolah tampak ilmiah tersebut, yang diberikan kepada mereka oleh filsafat materialis dan Darwinisme.

Mao Tse Tung: Duta Besar Darwin dan Marx di Cina
Ketika Stalin masih memerintah rezim totaliternya, rezim Komunis lain yang menganggap Darwinisme sebagai landasan berpijak ilmiahnya didirikan di Cina. Komunis di bawah pimpinan Mao Tse Tung meraih kekuasaan pada tahun 1949 setelah perang sipil yang panjang. Mao mendirikan rezim penindas dan berdarah, persis seperti sekutunya Stalin, yang memberinya dukungan penuh. Hukuman mati dengan alasan politis yang tak terhitung jumlahnya terjadi di Cina. Di tahun-tahun berikutnya, kelompok pemuda militan Mao yang dikenal sebagai "Pasukan Pengawal Merah" menghempaskan negeri ini dalam tirani ketakutan.
Mao secara terbuka mengumumkan dasar filosofis dari sistem yang ia bangun dengan mengatakan: "Sosialisme Cina didirikan di atas Darwin dan teori evolusi."

Sebagai Marxis, atheis, dan penganut setia evolusionisme, Mao menetapkan bahwa bahan bacaan yang digunakan dalam program "Lompatan Besar ke Depan" dalam literatur masa kini adalah karya-karya Darwin serta bahan bacaan lain yang mendukung cara pandang evolusi.

Ketika Komunis Cina meraih kekuasaan di tahun 1950, mereka menggunakan teori evolusi sebagai landasan ideologis mereka. Bahkan pada kenyataannya, kalangan intelektual Cina telah menerima teori evolusi jauh-jauh hari sebelumnya:
Selama abad ke-19, Barat menganggap Cina sebagai raksasa yang sedang tidur, terkungkung dan terjebak oleh tradisi kuno. Beberapa orang Eropa mengetahui betapa bersemangatnya kaum intelektual Cina dalam menangkap gagasan evolusi Darwin, dan melihat di dalamnya terdapat dorongan penuh harapan bagi kemajuan dan perubahan. Menurut penulis Cina Hu Shih (Living Philosophies, 1931), ketika buku Thomas Huxley Evolution and Ethics (Evolusi dan Etika) diterbitkan pada tahun 1898, buku tersebut segera dikagumi dan diterima oleh kalangan intelektual Cina. Orang-orang kaya mendanai penerbitan edisi berbahasa Cina dari buku tersebut agar dapat tersebar luas ke masyarakat.


Mao Tse Tung

Jadi, orang-orang yang beralih kepada Komunisme dan memimpin revolusi Komunis adalah para intelektual ini, yang "dengan bersemangat telah terpengaruhi" pemikiran Darwin.
Tidaklah sulit bagi Cina waktu itu, bahkan dengan beragam kepercayaan yang mendalam dan sejarah panteistiknya, untuk masuk ke dalam dekapan Darwinisme dan Komunisme. Dalam sebuah artikel di majalah New Scientist, filsuf Darwinis asal Kanada, Michael Ruse, berkata tentang Cina di awal abad ke-20:
Pemikiran ini langsung mengakar, karena Cina secara tabiatnya tidak memiliki hambatan intelektual maupun relijius terhadap evolusi sebagaimana yang seringkali ada di Barat. Sungguh, dalam beberapa hal, Darwin terlihat hampir mirip orang Cina!... pemikiran para penganut Taoisme dan Neo-Konghucu selalu menitikberatkan pada "kebendaan" manusia. Kekerabatan kita dengan binatang bukanlah hal yang mengejutkan... Kini, filsafat yang resmi adalah Leninisme Marxis (atau sejenisnya). Namun, tanpa pendekatan materialis sekuler dari Darwinisme (di sini diartikan sebagai filsafat sosial secara lebih umum), tidak akan tersedia lahan subur bagi Mao dan para pendukung revolusinya untuk menebarkan benih dan menuai hasil panen mereka.

Sebagaimana pernyataan Michael Ruse di atas, dengan berakar kuatnya pemikiran Darwin, Cina dengan mudah menganut Komunisme. Masyarakat Cina, yang terpedaya oleh pemikiran Darwinis, berdiam diri dan menyaksikan semua pembantaian oleh Mao Tse Tung, salah seorang pembunuh kejam yang tercatat dalam sejarah.

Komunisme menyebabkan perang gerilya, aksi terorisme berdarah, dan perang sipil di banyak negara, tidak hanya di Cina. Turki termasuk salah satu di antaranya. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, kelompok-kelompok yang mengangkat senjata melawan negara telah menyeret Turki ke kancah terorisme dengan tujuan mengadakan revolusi Komunis di negara tersebut. Setelah tahun 1980, terorisme Komunis bergabung dengan arus separatisme dan menjadi penyebab atas kematian puluhan ribu warga Turki, polisi, serta tentara selama menjalankan tugas mereka.

Ideologi Komunis, yang telah menyebabkan pertumpahan darah di dunia selama 150 tahun senantiasa berjalan beriringan dengan Darwinisme. Bahkan kini, kalangan Komunis adalah pendukung terdepan Darwinisme. Kapanpun seseorang mengamati kelompok-kelompok yang keras kepala mendukung teori evolusi, di hampir setiap negara, ia akan menyaksikan para penganut Marxisme di barisan terdepan kelompok tersebut. Sebab, sebagaimana perkataan Karl Marx, teori evolusi memberikan dasar berpijak bagi ideologi Komunis dari segi ilmu alam, dan memberikan pembenaran ilmiah terpenting, meskipun keliru, bagi pengingkaran kaum Komunis terhadap agama.

Di Balik Eratnya Hubungan antara Darwinisme dan Komunisme: Kebencian terhadap Agama
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, alasan terpenting yang menjadikan kuatnya keyakinan kaum materialis dan Komunis terhadap Darwinisme adalah dukungan yang nyata-nyata diberikan Darwinisme kepada atheisme. Filsafat Materialis telah ada sepanjang sejarah, tetapi hingga abad ke-19 kebanyakan pemikiran para filsuf terbatas hanya pada teori semata. Alasan terpenting mengapa demikian adalah hingga saat itu para ilmuwan yang ada beriman kepada Tuhan dan meyakini adanya penciptaan. Namun pada abad ke-19 filsafat materialis dan teori Darwin mulai diterapkan pada ilmu-ilmu kealaman. Darwinisme adalah landasan utama bagi budaya anti agama kaum materialis yang terjadi pada abad ke-19 dan yang paling terasa dampaknya di abad ke-20.

Berbagai ideologi yang lahir dari budaya materialis ini, sebagaimana yang telah kami ulas sebelumnya, menyulut pecahnya dua perang dunia, perang sipil yang tak terhitung, tindakan terorisme, pembasmian etnis, pemusnahan dan kebiadaban. Akibat serangkaian bencana ini, puluhan juta manusia kehilangan nyawa, ratusan juta orang tertindas dan harus menderita perlakuan paling buruk.

Para teroris yang terpengaruh oleh pandangan materialis-Darwinis, sebagaimana binatang yang mereka yakini sebagai asal-usul mereka, pergi jauh ke gunung dan tinggal di gua-gua dalam keadaan yang memprihatinkan. Mereka dapat membunuh manusia tanpa perlu berpikir panjang, dan menghabisi nyawa bayi, orang tua dan orang tak berdosa. Tanpa memandang diri sendiri dan orang lain sebagai makhluk hidup ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan ruh, akal, hati, dan pemahaman, mereka memperlakukan satu sama lain sebagaimana halnya binatang memperlakukan sesamanya. Penghancuran lusinan gereja dan masjid oleh Stalin hanyalah satu bentuk kebencian Komunis terhadap agama.

Dalam bukunya "The Long War Against God" (Perang Panjang Melawan Tuhan), Henry Morris menjelaskan kaitan tersebut sebagaimana berikut ini:
 
Meskipun secara ilmiah memiliki banyak kekurangan, sifat ilmiah yang dianggap ada pada evolusi telah biasa digunakan untuk membenarkan semua bentuk sistem beserta penerapannya yang anti-Tuhan. Yang paling berhasil, sejauh ini, tampaknya adalah komunisme, dan para pengikutnya di seluruh dunia telah terperdaya untuk berpikir bahwa komunisme pasti benar karena didasarkan pada ilmu evolusi.


Selama dan setelah revolusi Bolshevik, terjadi banyak pengrusakan terhadap simbul-simbul keagamaan. Gereja dan masjid dihancurkan. Benda-benda bernilai seni di dalam gereja dijarah, sebagaimana tampak dalam gambar.





Permusuhan Komunisme dan materialisme terhadap agama menjelma dalam berbagai bentuk kekerasan selama pemberontakan Bolshevik. Bangunan gereja dan masjid dihancurkan. Di antara yang tidak diakui keberadaannya dan tidak digolongkan dalam "masyarakat sosialis baru", terutama adalah kaum agamawan. Meskipun kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat adalah agamis, mereka dipersulit untuk melaksanakan kewajiban agama mereka. Dalam rangka menjadikan Minggu, saat orang Kristiani pergi ke gereja, bukan sebagai hari suci, gagasan tentang hari libur bersama dihilangkan. Setiap orang bekerja selama 5 hari, tapi hari libur mingguan dapat diambil kapan saja. Kebijakan ini sengaja diberlakukan kaum komunis "untuk membantu usaha penghapusan agama".

Menyusul kebijakan ini, pada tahun 1928 dan 1930, pajak yang wajib dibayar oleh kaum agamawan dinaikkan 10 kali lipat, kupon untuk mendapatkan jatah makanan ditarik , dan mereka tidak lagi diperbolehkan mendapatkan layanan kesehatan. Ini berarti mereka tidak lagi menikmati hak-hak mereka sebagai warga sipil. Mereka seringkali ditangkap, dipindahkan dari tempat tugas mereka dan diasingkan. Hingga tahun 1936, sekitar 65 persen masjid dan 70 persen gereja yang ada telah dihancurkan.
Perlakuan paling kejam terhadap kaum agamawan terjadi di Albania. Pemimpin Komunis di Albania, yang dikenal tidak beragama, adalah Enver Hodja, yang pada tahun 1967 mengumumkan Albania sebagai negara pertama "tanpa agama". Para agamawan dipenjarakan tanpa alasan apapun, dan beberapa dari mereka dibunuh selama dalam tahanan. Pada tahun 1948 dua orang uskup dan 5.000 orang agamawan ditembak. Orang-orang Muslim juga mendapat perlakuan yang sama. Lembaran berita bulanan Nendori­ mengumumkan bahwa 2.169 masjid dan gereja telah ditutup, 327 di antaranya adalah tempat ibadah Katolik.

Alasan dari semua kebijakan ini, tidak diragukan lagi, adalah cita-cita Komunisme dalam rangka membentuk masyarakat yang secara buta mengingkari keberadaan Tuhan, yang tidak lagi bersentuhan dengan agama, dan hanya meyakini dan menghargai segala yang bersifat materi. Pada kenyataannya, inilah sasaran utama yang ingin dicapai Komunisme. Sebab, para pemimpin Komunis paham bahwa mereka hanya dapat memerintah sekehendak hati mereka orang-orang yang berkepribadian seperti mesin, tidak lagi memiliki kepekaan, tidak berperasaan, dan, di atas itu semua, yang tidak lagi merasa takut kepada Tuhan. Dengan masyarakat seperti ini, para pemimpin Komunis dapat mendorong mereka melakukan pembunuhan dan penindasan sebanyak dan sekejam yang mereka kehendaki. Darwinisme telah mengukuhkan paham atheisme dan membenarkan segala bentuk penindasan, kekejaman, pertikaian, dan pembunuhan yang kesemuanya dilarang dalam agama. Segala tindakan inilah yang dianjurkan Darwinisme agar dilaksanakan oleh semua ideologi yang telah menumpahkan darah dan menganggap kehidupan tidak berharga di abad ke-20. Itulah sebabnya mengapa abad yang lalu dipenuhi peperangan, pembantaian, pemberontakan, tindak kekerasan, pertikaian dan permusuhan yang tak berkesudahan.

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat. (QS. Al Baqarah, 2:114).


Penindasan dan Kekerasan oleh Kaum Komunis-Darwinis
Memunculkan kekacauan dan ketakutan adalah dua senjata sangat penting yang selalu digunakan Marxisme dan komunisme. Kecenderungan Marxisme kepada terorisme dan kekerasan tampak dalam percobaan di distrik Paris ketika Marx masih hidup. Terorisme, secara khusus menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ideologi Komunis dengan Lenin, ketika ia sedang menerapkan teori Marx. Kaum komunis menumpahkan darah jutaan manusia di setiap tempat di bumi, dan membuat orang mengalami penderitaan, ketakutan, dan kekejaman dengan mendirikan organisasi-organisasi teroris. Sebagaimana yang akan tampak di halaman-halaman berikutnya, kini semua pemimpin Komunis dikenang karena penindasan dan pembunuhan yang mereka lakukan. Meskipun demikian, masih saja ada sejumlah kalangan yang memajang foto para pembunuh kejam yang bersimbah darah ini pada dinding-dinding mereka, dan masih menerima orang-orang bengis ini sebagai guru mereka.

Orang-orang Komunis menegaskan bahwa kekejaman dan terorisme bukanlah perbuatan mereka dan bahwa tindakan biadab ini hanya terjadi dalam penerapan Komunisme oleh sejumlah perorangan. Mereka juga berupaya memutihkan nama Komunisme. Namun, apapun usaha mereka, terdapat sebuah kebenaran yang tidak dapat disangkal: Para Pendiri Komunisme secara pribadi membela kekerasan dan terorisme dan memandangnya sangat penting bagi ideologi mereka. Pakar ilmu politik Amerika, Samuel Francis, mengatakan tentang hal ini:
Marx dan Engels pada dasarnya menegaskan secara khusus bahwa revolusi akan selalu diwarnai kekerasan dan para pelaku revolusi harus menggunakan kekerasan melawan para penguasa, dan dalam beberapa hal mereka benar-benar menampakan dukungan terhadap terorisme.

La revolución comunista fue muy sangrienta. Decenas de millones de personas fueron masacradas y asesinadas brutalmente. Los líderes comunistas ordenaron que todo el que se le opusiese sea liquidado.

Karl Marx mengatakan "pemberontakan adalah seni sebagaimana halnya berperang" dan menggunakan perkataan Danton, salah seorang tokoh terpenting dalam "politik revolusioner", sebagai pegangan utama: de l'audace, de l'audace, encore de l'audace" (Serang, serang, dan serang lagi!)

Terdapat pernyataan yang jelas oleh Lenin tentang keharusan menggunakan terorisme secara sistematis. Di bawah ini beberapa di antaranya:
Pada kenyataannya, negara tidak lain adalah mesin untuk menekan kebebasan satu kelas oleh kelas lain. Pemerintahan diktator adalah kekuasaan yang didasarkan secara langsung pada kekuatan dan tidak dibatasi oleh hukum... Pemerintahan diktator revolusioner kaum buruh adalah kekuasaan yang dimenangkan dan dipertahankan dengan menggunakan kekerasan oleh kaum buruh terhadap kaum kaya, sebuah pemerintahan yang tidak dibatasi oleh hukum apapun.

Kita sama sekali tidak menentang pembunuhan politis... Hanya ketika berkaitan langsung dan erat dengan pergerakan massa, aksi teroris perorangan benar-benar mampu dan pasti membuahkan hasil.

Agar menjadi sebuah kekuatan, para buruh yang sadar akan kedudukannya harus memperoleh mayoritas yang mendukungnya. Selama tidak ada kekerasan yang digunakan untuk melawan masyarakat, maka tidak ada cara lain untuk meraih kekuasaan.

Ketika berbicara pada pertemuan para buruh, Lenin melontarkan pernyataan mengerikan tentang betapa terorisme sangat penting bagi mereka:
Jika massa tidak bangkit secara tiba-tiba, tak satupun yang akan tercapai... Sebab, selama kita gagal menghukum para spekulan seperti yang sepatutnya mereka terima - dengan menembakkan peluru di kepala mereka - kita tidak akan meraih apapun.

Salah seorang pemimpin utama Revolusi Oktober di Rusia, Trotsky, mengatakan berikut ini untuk membenarkan perkataan Lenin:
Tetapi revolusi benar-benar memerlukan kaum revolusioner sehingga ia meraih tujuannya dengan segala cara yang ada - jika perlu dengan mengangkat senjata, bahkan Terorisme.


PENINDASAN DI RUSIA
Gambar di samping melukiskan kekejaman yang berlangsung selama revolusi di Rusia.

Trotsky bahkan melangkah lebih jauh lagi dalam pidatonya yang lain,
Satu-satunya pilihan kita sekarang adalah perang sipil. Perang sipil adalah perjuangan untuk mendapatkan makanan... Hidup perang sipil!

Prinsip-prinsip para perumus teori Komunis seperti Lenin dan Trotsky ini diterapkan dalam revolusi Bolshevik di Rusia. Selama masa revolusi di musim gugur tahun 1917, mulailah terjadinya pembantaian secara meluas, perampasan, dan kekerasan yang sulit dipercaya. Orang-orang yang menentang atau dicurigai menentang revolusi dikumpulkan tanpa alasan, ditangkap dan ditembak. Rumah-rumah dirampok dan dihancurkan. Terorisme, yang dimulai dengan Lenin dan Trotsky, berlanjut terus dan menjadi semakin buruk pada masa Stalin.

Akibat kelaparan yang terjadi pada tahun 1921-1922 karena ulah rezim Komunis. Pemandangan di atas memperlihatkan korban bencana kelaparan ini.

Harrison E. Salisbury dari The New York times melukiskan kamp-kamp penjara Soviet sebagaimana berikut:
...sebuah benua yang keseluruhannya adalah teror... Dibanding dengan mereka yang telah menyebabkan ratusan ribu hukuman mati dan jutaan orang mati selama masa teror Soviet, pemerintahan Tsar terlihat lebih baik... Otak kita sulit membayangkan kejahatan rutin dan sistematis di mana tiga atau empat juta, atau bahkan lebih, pria dan wanita dihukum setiap tahun dengan kerja paksa dan pengasingan untuk selamanya - dan sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja sehingga seringkali para tahanan tidak diberitahu tentang hukuman mereka...

Orang-orang selain Rusia, dan khususnya Turki Krimea, Turki Asia Tengah, dan Kazakh, tak luput dari terorisme Soviet. Pengadilan khusus, troiki, didirikan untuk membersihkan masyarakat Rusia dari orang-orang Kazakh. Di bulan Oktober 1920 para troiki ini menghukum mati lebih dari 6.000 orang, dan perintah ini dilaksanakan dengan segera. Keluarga, dan kadang kala tetangga, dari mereka yang menentang rezim dan yang tidak tertangkap, disandera secara sistematis dan dikirim ke kamp-kamp penampungan. Martin Latsis, kepala salah satu kamp ini di Ukraina dalam salah satu laporannya mengakui bahwa ini adalah kamp kematian:


Pengambilan hasil panen pertanian warga Ukraina oleh pemerintah Rusia menyebabkan mereka mati kelaparan.

Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo'a: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau". (QS. An-Nisaa, 4:75)

Dikumpulkan bersama-sama di kamp dekat Maikop, para sandera, wanita, anak-anak dan orang tua bertahan hidup dalam keadaan yang paling mengenaskan, dalam dingin dan lumpur di bulan Oktober... Mereka sekarat seperti lalat. Para wanita bersedia melakukan apa saja agar tidak mati. Para tentara penjaga kamp memanfaatkan kesempatan ini dan menjadikan mereka pelacur.

Pengaruh Darwin menjadikan para pelaku revolusi Komunis membunuh manusia dengan penuh kegilaan. Dokumen-dokumen yang ada waktu itu memperlihatkan bahwa tujuan utama mereka adalah pemusnahan masyarakat secara keseluruhan. Seolah mereka percaya bahwa semakin banyak orang yang mereka bunuh, semakin besar keberhasilan yang akan mereka raih. Rencana mereka untuk melenyapkan setiap orang yang mereka curigai menentang revolusi terungkap dalam salah satu keputusan mereka:
Pyatigorsk Cheka (Panitia Luar Biasa untuk Perang Melawan Anti-Revolusi) dengan seketika memutuskan untuk menghukum mati 300 orang per hari. Mereka membagi kota menjadi sejumlah distrik dan mengambil kuota orang dari tiap-tiap distrik, dan memerintahkan Partai untuk menuliskan daftar hukuman mati...Di Kislovodsk, karena kehabisan ide yang lebih baik, diputuskan untuk membunuh orang-orang yang ada di rumah sakit.

Sebagaimana diumumkan dalam artikel utama surat kabar Krasnyi Mech (Pedang Merah) yang pro-Komunis, orang-orang Komunis melihat segala hal diperbolehkan dan percaya bahwa darah harus ditumpahkan agar terbentuk warna pada bendera Merah.

Bagi kita, segalanya diperbolehkan, sebab kitalah yang pertama kali mengangkat pedang bukan untuk menindas ras-ras dan menjadikan mereka budak, namun untuk membebaskan umat manusia dari belenggunya... Darah? Biarkan darah mengalir seperti air! Biarkan darah untuk selamanya membasahi bendera hitam bajak laut yang dikibarkan orang-orang kaya, dan biarkan bendera kita berwarna merah darah selamanya! Sebab, hanya dengan kematian dunia lama kita dapat membebaskan diri kita sendiri selamanya dari kembalinya orang-orang kaya itu!

Disamping segala bentuk penyiksaan ini, Stalin juga membentuk "satuan petugas pengumpul" untuk mengumpulkan hasil panen para petani secara paksa. Satuan ini bertanggungjawab atas segala bentuk penindasan yang mereka lakukan. Pada tanggal 14 Februari 1922 seorang petugas pengawas menulis:
Penyalahgunaan kedudukan oleh satuan petugas pengumpul, secara jujur, kini telah mencapai tingkat yang sungguh sulit dipercaya. Secara sistematis, para petani yang ditahan semuanya disekap dalam gudang-gudang besar tanpa diberi penghangat ruangan; mereka kemudian dicambuk dan diancam dengan hukuman mati. Mereka yang belum memenuhi seluruh kuota mereka diikat dan dipaksa berlari dengan telanjang di sepanjang jalanan utama desa dan kemudian disekap di gudang lain tanpa penghangat ruangan. Sejumlah besar wanita dipukuli hingga pingsan dan kemudian dilemparkan ke dalam lubang yang digali di salju dalam keadaan telanjang..

"Satuan Petugas Pengumpul" hasil panen dibentuk oleh Stalin; selain menyiksa, mereka juga merampas hasil panen para petani. Mereka yang tidak mampu mendapatkan hasil panen yang cukup untuk diserahkan kepada petugas pemerintah, disiksa dengan beragam cara hingga tewas. Gambar di samping memperlihatkan nasib rakyat yang mengenaskan di bawah pemerintahan Komunis.

Stalin percaya bahwa Spanyol adalah negeri yang memberi banyak kesempatan baik bagi Uni Sovyet, dan turut campur dalam urusan negara tersebut akan mendatangkan keuntungan. Karena itu ia memihak dan mendukung kaum Komunis pada Perang Sipil Spanyol. Namun, dengan begitu wabah terorisme di Uni Sovyet merebak ke Spanyol. Salah satu contoh penindasan dan penyiksaan yang ada di sana adalah kamp konsentrasi yang menampung 200 orang anti Stalin di awal tahun 1938. "Ketika para Stalinis memutuskan untuk membentuk Cheka," salah seorang korban mengisahkan:
Ada sebuah pekuburan kecil yang dibersihkan di dekat sini. Para Chekis memiliki gagasan yang sangat jahat: mereka akan membiarkan makam-makam di pekuburan itu terbuka, dengan tulang-belulang dan tubuh membusuk yang terlihat jelas. Di sinilah mereka menyekap orang dengan pelanggaran-pelanggaran paling berat. Mereka memiliki beberapa cara penyiksaan tertentu yang sangat keji. Banyak tahanan yang digantung terbalik pada bagian kakinya selama berhari-hari . Sebagian yang lain mereka kunci dalam lemari kecil dengan hanya satu lubang kecil di dekat wajah untuk bernapas... Salah satu perlakuan paling buruk dikenal dengan "laci"; para tahanan dipaksa berjongkok di dalam kotak kecil selama beberapa hari. Beberapa di antaranya ada yang dibiarkan di sana dan tidak dapat bergerak selama delapan hingga sepuluh hari.

Pada tahun 1931 Paus Pius XI menuturkan pendapatnya tentang kekejaman yang ditimbulkan Komunisme kepada dunia dalam sebuah surat yang diedarkan ke semua uskup Katolik Roma di seluruh dunia, Quadragesimo Anno:
Komunisme mengajarkan dan berusaha mewujudkan dua hal: peperangan antar kelas yang tanpa henti dan penghapusan penuh kepemilikan pribadi. Ini dilakukan tidak secara rahasia atau dengan cara tersembunyi, tapi secara terbuka, dan menggunakan sarana apapun yang mungkin, bahkan yang paling kejam sekalipun. Untuk mencapai tujuan ini, Komunisme merasa tidak ada yang perlu ditakuti untuk dilaksanakan, dan tidak menghormati dan menghargai apapun. Ketika berkuasa, kebiadaban dan perlakuannya yang tidak manusiawi sungguh melampaui batas. Paham ini meninggalkan puing-puing pembantaian dan penghancuran yang mengerikan. Wilayah Eropa Timur dan Asia yang terbentang luas menjadi bukti akan hal ini.

Sebagaimana tertera dalam kutipan di atas, tujuan utama Komunisme adalah perang antar kelas yang tidak mengenal belas kasih, dan penghapusan total kepemilikan pribadi. Dengan kata lain, tujuannya adalah untuk menerapkan teori evolusi, yang telah diterapkan Darwin dalam bidang biologi, kepada masyarakat manusia, dan agar umat manusia berada dalam keadaan bertikai, berperang, layaknya binatang-binatang liar di alam.
Bencana akibat Komunisme tidak hanya berlaku di Rusia. Di antara sekian negara yang menjadi lahan penyebaran Komunisme dan yang sekaligus menderita bencana terburuk akibat paham ini adalah Cina.

Sang Darwinis Mao Tse Tung dan Pembantaian yang Dilakukannya

Pemimpin Komunis Cina, Mao, memiliki dua orang panutan: Darwin dan Stalin. Kedua nama ini, yang menyatu dalam kepribadian Mao, telah menyebabkan bencana besar dan meninggalkan jejak mereka pada masa kegelapan yang cukup lama dalam sejarah Cina. Sekitar 6 hingga10 juta orang dibunuh secara langsung di bawah arahan Mao Tse Tung. Puluhan juta para penentang revolusi menghabiskan sebagian besar masa hidup mereka di penjara, di mana 20 juta di antaranya meninggal. Antara 20 dan 40 juta orang meninggal karena kelaparan pada tahun 1959-1961, dalam masa yang dinamakan "Lompatan Besar ke Depan," akibat kebijakan kejam Mao. Pembantaian di lapangan Tianamen pada bulan Juni 1989 (yang menewaskan sekitar 1.000 orang) memberikan satu gambaran tentang apa yang dialami Cina dalam sejarah masa kininya. Pembunuhan dan pembersihan etnis terhadap penduduk Turki Mus lim di Turkistan Timur masih terus berlangsung.

Kebiadaban dahsyat dan hal-hal yang suilt dipercaya terjadi ketika revolusi Komunis berlangsung di Cina. Rakyatnya, yang berada dalam pengaruh hipnotisme massal, mendukung segala jenis pembantaian dan menunjukkan dukungan mereka dengan berteriak-teriak saat menyaksikan pembunuhan. Buku Le Livre Noir du Communisme (Buku Hitam Komunisme), yang disusun oleh sekelompok sejarawan dan pengajar, menjelaskan tindakan biadab Komunisme sebagai berikut:



Kaum Komunis pendukung Mao menghukum dengan sangat kejam siapapun yang melawan mereka dalam perang sipil. Mereka dihina di hadapan masyarakat sebelum akhirnya dibunuh.

Seluruh warga diundang untuk menghadiri pengadilan terbuka terhadap "orang-orang yang menentang revolusi," yang hampir dipastikan akan dihukum mati. Setiap orang turut serta menghadiri hukuman mati tersebut, dan berteriak "bunuh, bunuh" kepada Pasukan Penjaga Merah yang tugasnya memotong-motong tubuh korban. Kadang potongan-potongan ini dimasak dan dimakan, atau secara paksa diberikan untuk dimakan oleh anggota keluarga korban yang masih hidup dan yang menyaksikan peristiwa tersebut. Setiap orang kemudian diundang dalam sebuah perjamuan, di mana hati dan jantung dari para bekas pemilik tanah dimakan secara bersama-sama, dan ke pertemuan di mana para pembicaranya akan beridato di hadapan barisan potongan kepala yang masih tertancap segar di atas tiang-tiang. Kesenangan pada kanibalisme kejam ini, yang di kemudian hari menjadi sesuatu yang lazim di bawah rezim Pol Pot, seolah menghidupkan kembali sosok pemimpin dari Asia Tenggara yang hidup di masa silam yang seringkali muncul di saat-saat terjadinya malapetaka dalam sejarah Cina.

Sejumlah pemimpin partai di Cina dituduh sebagai kapitalis. Rambut kepala mereka dicukur di hadapan masyarakat dan kemudian dihukum mati.
Hukuman mati terhadap seorang wanita Cina bernama Wang Souxin. Uang untuk membayar peluru yang digunakan dalam hukuman mati ini diambil dari keluarga korban.


MEDAN PEMBANTAIAN POL POT DAN KHMER MERAH

Antara tahun 1975 dan 1979, selama pemerintahan Pol Pot, dua dari tujuh juta penduduk Kamboja terbunuh. Ketika kita menyaksikan pembu-nuhan yang dilakukan Pol Pot, yang bermimpi mendi-rikan negara Komunis yang sempurna, dari segi persen-tasi jumlah penduduk, pembunuhan yang dilakukannya jauh lebih besar dari yang dilakukan Hitler dan Stalin. Yang menjadi sasaran utama Pol Pot adalah anggota masyarakat seperti para dokter, insinyur, ilmuwan, singkatnya para intelektual negeri tersebut, yang telah ia bunuh. Bahkan ia memerintahkan agar "setiap orang yang berkacamata" dibunuh. Akibat pembunuhan yang tidak manusiawi ini, terciptalah "ladang-ladang pembantaian" yang berlangsung selama bertahun-tahun.
Alur berpikir yang digunakan oleh para petinggi Khmer Merah untuk membenarkan pembantaian mereka terangkum dalam perkataan ini: "Mempertahankan anda tidak ada untungnya, kehilangan anda tidak ada ruginya". Mereka membunuh setiap orang yang mereka anggap, atau mereka curigai sebagai, tidak berguna atau berbahaya. Setidaknya setiap keluarga telah kehilangan salah satu anggotanya dalam pembantaian in.
Pol Pot, yang menganggap hidup manusia tidak berharga, percaya bahwa keberadaan keluarga merupakan hambatan bagi rencana radikalnya untuk mewujudkan sosialisme di masa depan. Ia berusaha menghapuskan gagasan tentang keluarga dengan mencerai-beraikan keluarga dan mewajibkan masyarakat untuk hidup di tempat-tempat hunian milik bersama. Kebijakan yang sama telah diterapkan oleh Stalin di Rusia. Pertama-tama, tanah-tanah milik para petani diambil alih, kemudian petak-petak tanah berukuran kecil dikembalikan di daerah yang sengaja terpencar dan terpisah sangat jauh satu sama lain. Akibat dari semua ini, suatu keluarga yang hendak menggarap lahan mereka, yang hanya terdiri dari petak-petak lahan yang sempit, diharuskan hidup terpisah satu sama lain.
Robert Templer, Pol Pot's Legacy of Horror, The Age, April 18, 1998, http://dithpran.org/PolPotegacy.htm
 

Rezim Pol Pot dan Khmer Merah menjadikan negerinya "Ladang-Ladang Pembantaian".

Pengalaman Pahit Kebiadaban Komunis
Kebiadaban serupa juga dialami di setiap negara yang dikuasai Komunisme, di antaranya adalah Kamboja, Korea Selatan, Laos, Vietnam. Eropa Timur dan negara-negara Afrika. Akibat kekejaman berdarah ini dilukiskan dalam buku The Black Book of Communism (Buku Hitam Komunisme) sebagaimana berikut ini:
Kejahatan-kejahatan ini cenderung mengikuti suatu pola yang dapat dikenali meskipun dilakukan oleh rezim dengan cara yang berbeda-beda hingga tingkat tertentu. Pola tesebut termasuk: hukuman mati dengan berbagai cara, seperti ditembak, digantung, ditenggelamkan, pemukulan, dan, pada sejumlah kasus, pemberian gas beracun, zat racun atau "kecelakaan mobil"; penghancuran penduduk dengan memunculkan bencana kelaparan, dengan cara kelaparan yang sengaja dibuat, penimbunan bahan makanan, atau keduanya sekaligus; pengusiran, yang dengannya kematian dapat terjadi dalam perjalanan (akibat keletihan jasmani, atau penyekapan di ruangan tertutup), di tempat tinggal seseorang, atau dengan cara kerja paksa (keletihan, penyakit, kelaparan, dan kedinginan). Periode yang digambarkan sebagai masa "perang sipil" keadaannya lebih parah lagi - tidak selalu mudah untuk membedakan peristiwa yang disebabkan oleh peperangan antara para penguasa dan pemberontak, dan kejadian-kejadian yang pantas disebut sebagai pembantaian penduduk sipil.
Meskipun demikian, kita harus dapat mengira-ngira. Perkiraan kasar berikut, berdasarkan perkiraan tidak resmi, memberikan kita gambaran tentang tingkat kejahatan ini:

Uni Soviet: 20 juta korban jiwa
Cina: 65 juta korban jiwa
Vietnam: 1 juta korban jiwa
Korea Utara: 2 juta korban jiwa
Kamboja: 2 juta korban jiwa
Eropa timur: 1 juta korban jiwa
Amerika Latin: 150.000 korban jiwa
Afrika: 1,7 juta korban jiwa
Afghanistan: 1,5 juta korban jiwa

Pergerakan Komunis dunia dan partai-partai Komunis yang tidak berkuasa: sekitar 10,000 korban jiwa
Total mendekati 100 juta korban jiwa.

Semua rezim dan organisasi Komunis yang berbeda-beda ini memiliki kondisi kejiwaan yang sama: mereka telah sama sekali kehilangan segala rasa kemanusiaan seperti rasa iba, keadilan, dan kasih sayang. Tiba-tiba saja, masyarakat manusia telah menjadi ladang-ladang peperangan dan pembantaian, tempat para binatang buas berjuang untuk hidup dan mendapatkan makanan. Sebagaimana seekor binatang buas yang berkelahi dengan sesama jenisnya demi memperebutkan makanan dan wilayah kekuasaan, orang-orang ini pun berperilaku sama, layaknya "binatang". Karena kemunculan Darwin telah mengajarkan kepada mereka bahwa mereka pada dasarnya adalah binatang, dan karena binatang berkelahi agar dapat bertahan hidup, maka mereka pun mesti melakukan hal yang sama.

Pergerakan yang tidak berperikemanusiaan ini merasa bahwa mereka telah memperoleh kehormatan dengan mengenakan topeng ilmiah palsu. Satu-satunya alasan mengapa para pemimpin Bolshevik mampu berbicara lantang dan terbuka mengenai penyerangan, terorisme, dan pembantaian adalah pembenaran yang mereka dapatkan dari teori evolusi Darwin. Dalam bukunya Evolution for Naturalists (Evolusi untuk Kaum Naturalis), P.J. Darlington sebagai seorang evolusionis mengakui bahwa kebiadaban adalah akibat alamiah teori evolusi, dan perilaku ini malah dibenarkan:
Butir pertama adalah bahwa mengutamakan kepentingan pribadi dan kekerasan adalah sifat bawaan yang telah ada dalam diri kita, yang diturunkan dari binatang nenek moyang kita yang paling awal... Jika demikian, kekerasan adalah sesuatu yang alamiah bagi manusia, suatu hasil dari evolusi.

Seperti yang jelas terungkap dari pengakuan evolusionis, sangatlah wajar dan alamiah bagi ideologi komunis, yang menjadikan teori evolusi Darwin sebagai pedoman utamanya, untuk menganggap manusia lain sebagian hewan, memperlakukan mereka seperti layaknya binatang, dan menindas mereka. Karena orang yang menerima ideologi komunis-darwinis lupa bahwa ia memiliki Pencipta, ia lalai dari tujuan keberadaannya di dunia, dan bahwa ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Sang pencipta di hari perhitungan. Sebagai hasilnya, seperti setiap manusia yang tidak punya rasa takut pada Allah, ia menjadi makhluk yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri, menjadi penguasa yang tidak berbelas kasihan, bahkan pembunuh kejam. Allah menggambarkan kondisi orang -orang ini dan apa yang akan menimpa pada mereka dalam Alquran:
Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih (QS. Asy Syuura, 42:42)




Pada tahun 1968, ideologi kiri menyebar dan diterima luas di seluruh penjuru dunia, khususnya oleh para pemuda di kampus-kampus universitas. Berbagai pertemuan diselenggarakan, dan para pemuda dihasut untuk melawan saudara mereka sendiri, polisi, dan tentara. Akibat peristiwa ini, sesama saudara saling bertikai, kota-kota menjadi porak-poranda, dan seluruh dunia terjerembab ke lembah kekacauan.


PENINDASAN DI TURKISTAN TIMUR

Meskipun pembubaran Uni Soviet telah diterima sebagai simbul kematian Komunisme sebagai rezim politis, ideologi dan penerapan Komunis masih terus berlanjut. Rusia dan China adalah negara di mana mentalitas Tentara Merah ini masih sangat berpengaruh. Kebijakan Rusia di Chechnya, dan perlakuan pemerintah Cina di Turkistan Timur, adalah bukti paling penting tentang hal ini. Warga Turki Muslim yang kini hidup di Turkistan Timur, tengah mengalami penindasan yang tiada hentinya di bawah kekuasaan Cina yang didirikan Mao. Para pemuda ditahan tanpa alasan, dihukum mati dengan tuduhan melawan rezim, dan ditembak. Umat Islam dilarang menjalankan kewajiban agama secara berjamaah, dan pendapatan mereka diambil dengan cara menerapkan pajak yang tidak manusiawi. Orang-orang hidup di ambang kematian karena kelaparan, dan uji nuklir yang dilakukan persis di depan mereka; akibatnya merekapun terjangkiti penyakit mematikan.
Umat Turki Muslim di Turkistan Timur telah hidup dibawah penjajahan Cina selama 250 tahun. Cina memberi nama "Sinkiang" atau "tanah terjajah" kepada Turkistan Timur, yang merupakan wilayah Muslim, dan menyatakannya sebagai wilayah kekuasaan mereka. Setelah kaum Komunis yang dipimpin Mao mengambil alih wilayah tersebut pada tahun 1949, penindasan terhadap warga Turkistan Timur meningkat bahkan lebih kejam dari sebelumnya. Kebijakan rezim Komunis bertujuan untuk menghancurkan kaum Muslimin yang menolak asimilasi. Mereka yang terbunuh mencapai jumlah yang mengerikan. Jumlah korban yang meninggal antara tahun 1949 dan 1952 mencapai 2.800.000 orang; antara 1952 dan 1957, 3.509.000 jiwa; antara 1958 dan 1960, 6.700.000 orang; antara 1961 dan 1965, 13.300.000 orang terbunuh oleh Tentara Merah Cina atau mati kekurangan pangan akibat ulah rezim tersebut. Bersama dengan pembantaian setelah tahun 1965, jumlah warga Turkistan Timur yang terbunuh mencapai jumlah yang mencengangkan: 35 juta jiwa.
Selain membantai warga Muslim sejak tahun 1949, rezim Cina juga secara sistematis memindahkan orang-orang keturunan Cina untuk menetap di Turkistan. Dampak dari kebijakan ini, yang dilaksanakan pemerintah Cina sejak tahun 1953, sungguh di luar perkiraan. Pada tahun 1953, warga Muslim berjumlah 75% dan Cina 9%, namun hingga tahun 1982 jumlah ini menjadi Muslim 43% dan Cina 40%. Sensus tahun 1990, yang memperlihatkan jumlah populasi Muslim 40% dan Cina 53%, merupakan petunjuk paling penting yang menunjukkan tingkat pembersihan etnis tersebut.
Sementara itu, pemerintahan Cina menggunakan Muslim Turkistan Timur sebagai hewan percobaan dalam uji nuklir mereka. Akibat berbagai uji nuklir, yang dimulai pada tahun 1964, para penduduk setempat telah terjangkiti penyakit mematikan, dan 20.000 bayi cacat telah dilahirkan. Diketahui bahwa jumlah Muslim yang telah meninggal akibat uji nuklir ini adalah 210.000 jiwa. Ribuan orang mengalami cacat anggota tubuh, dan ribuan lainnya terkena penyakit seperti kuning dan kanker.


Antara tahun 1964 hingga kini, Cina telah meledakkan sekitar 50 bom atom dan bom hidrogen. Para ahli Swedia berhasil mengungkap fakta bahwa pengujian nuklir bawah tanah pada tahun 1984 dengan menggunakan bom berkekuatan 150 ton telah mengakibatkan gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter.
Penindasan Cina terhadap bangsa Turki Uighur tidak berhenti sampai di sini. Apa yang dialami selama bulan Februari 1997, saat berbagai peristiwa menyedihkan sedang pecah, merangkum penindasan yang dilakukan oleh Cina. Menurut berita yang sampai ke masyarakat, pada tanggal 4 September, yang merupakan hari raya keagamaan, tentara milisi Cina memukul lebih dari 30 wanita yang sedang berkumpul di mesjid dan membaca Alquran dengan tongkat besi dan menyeret mereka ke markas besar keamanan. Penduduk setempat mendatangi markas tersebut dan meminta agar mereka dibebaskan. Seketika itu tiga tubuh wanita yang telah disiksa hingga tewas dilempar ke hadapan mereka. Hal ini memicu kemarahan, dan bentrokan pun pecah antara mereka dengan pihak keamanan Cina. Antara tanggal 4 hingga 7 September, 200 orang Turkistan Timur kehilangan nyawanya dan lebih dari 3.500 orang Turki Uighur disekap di kamp-kamp. Di pagi hari tanggal 8 September, orang-orang dilarang melakukan sholat hari raya di masjid-masjid di mana mereka telah berkumpul. Menyusul peristiwa ini, bentrokan pun terjadi lagi sehingga jumlah orang yang ditahan, yang telah mencapai 58.000 orang antara April hingga Desember 1996, meningkat menjadi 70.000 orang. Sekitar 100 pemuda ditembak di tempat-tempat umum , dan 5.000 orang warga Turki Uighur ditelanjangi dan dipertontonkan di depan umum secara berkelompok yang masing-masingnya beranggotakan 50 orang.
Apa yang terjadi di Turkistan Timur ini hanyalah satu di antara berbagai penderitaan di abad ke-20. Di setiap penjuru dunia pada abad ke-20, orang-orang dengan agama, ras, atau ideologi yang berbeda-beda membunuh, atau membantai satu sama lain. Bukanlah suatu kebetulan jika pola pikir Darwin berada di balik semua ideologi yang melakukan pembunuhan ini. Sebab, dengan teorinya, Darwin telah memudahkan orang untuk saling membunuh dan membenarkan tindakan mereka.
Dan apabila orang-orang zalim telah menyaksikan azab, maka tidaklah diringankan azab bagi mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh. (QS. An-Nahl, 16:85)
Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun. (QS. Ar-Ruum, 30:29)

(Yaitu) orang-orang (yang menta'ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan:"Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:"Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali 'Imraan, 3:173)


PENINDASAN TIADA HENTI DI CHECHNYA

Meskipun telah diruntuhkan oleh Dzhokar Dudayev, pendudukan Rusia atas Chechnya pada tahun 1991 telah berubah menjadi perang yang sesungguhnya pada tanggal 11 Desember 1994. Hal ini dipicu oleh kerusuhan serius pada bulan Nopember di tahun yang sama. Lebih dari 100.000 warga Chechnya kehilangan nyawa dalam peperangan tersebut, sedangkan puluhan ribu lainnya dipaksa mengungsi. Dalam perang tersebut, Chechnya kehilangan ratusan sumber-sumber bersejarah dan ekonominya. Ketika Rusia mengumumkan bahwa Chechnya adalah "urusan dalam negeri" mereka, tidak terdengar kecaman dari luar. Berton-ton bom dijatuhkan di setiap meter persegi wilayah Chechnya. Terjadi pembersihan etnis, sebagaimana yang belum pernah disaksikan dalam sejarah dunia, dengan menggunakan senjata kimia yang sebenarnya telah dilarang hingga saat ini. Namun, meskipun menghadapi berbagai macam kesulitan yang ada, di bulan Agustus 1996, pasukan Rusia harus mengakui kekalahannya di tangan para pejuang Chechnya, yang sama sekali tidak merasa gentar dan berjuang demi tanah air mereka dengan segenap kekuatan yang mereka miliki.
Rusia, yang harus menerima Chechnya sebagai negara terpisah dalam perjanjian yang ditandangani para pejabat tinggi di bulan Agustus 1996 dan Mei 1997, tampak telah menerima keadaan tersebut. Namun di bulan Oktober 1997, pasukan Rusia memasuki wilayah Chechnya dan mulai melakukan pembunuhan, tanpa membedakan wanita, anak-anak, dan orang tua. Penduduk sipil menjadi sasaran pengeboman yang tiada henti selama berbulan-bulan. Untuk mematahkan perlawanan penduduk, rumah sakit, pasar dan iring-iringan pengungsi secara khusus dipilih sebagai sasaran. Pada akhirnya terungkap bahwa Rusia telah menggunakan bom kimia, rudal scud, dan peluru Napalm dalam perangnya melawan Chechnya. Di samping itu, pihak Rusia mencemari sungai Argun, yang biasa digunakan oleh warga di banyak desa di Chechnya, dengan menggunakan racun. Kebanyakan wanita dan anak-anak yang meminum air yang tercemar tersebut meninggal, sedangkan ratusan lagi menanti ajal mereka di pintu-pintu rumah sakit. Karena air sungai tersebut mengandung racun, maka penduduk sipil yang tidak mampu menemukan sumber air untuk minum atau keperluan lainnya terpaksa menjalani masa-masa yang teramat sulit.
Keadaan para pengungsi juga sangat mengkhawatirkan. Penelitian yang dilakukan di tempat-tempat pengungsian menunjukkan sudah terlampau banyaknya jumlah pelanggaran hak-hak asasi manusia. Sekitar 250.000 pengungsi Chechnya yang menyelamatkan diri dari peperangan mendapatkan perlindungan di Ingushetya, sedangkan sisanya di wilayah-wilayah tetangga lainnya. Diberitakan bahwa Rusia telah menghabiskan dana 385 juta dolar untuk membiayai perang tersebut. Pihak Chechnya mengatakan, antara bulan September 1999 dan 25 Juli 2000, sebanyak 1.460 pejuang dan 45.000 penduduk sipil Chechnya telah tewas. Rusia berencana menyapu bersih seluruh pejuang Chechnya yang telah berperang melawan mereka hingga bulan Nopember 2000.

PENGARUH LUAS IDEOLOGI DARWINIS KOMUNIS

Komunisme adalah ideologi yang dimunculkan oleh orang-orang yang hidup di tahun 1800-an. Mereka boleh dikatakan sebagai kalangan yang "tidak memiliki pemahaman yang cukup" tentang ilmu pengetahuan. Karenanya, tidak mengherankan jika kajian dan pernyataan dari ideologi ini telah berulang-ulang terbukti keliru. Di samping itu, ideologi ini telah jelas-jelas memunculkan bencana bagi umat manusia, dan, karenanya, tidak membawa kebaikan. Jadi, salah satu alasan terpenting mengapa pengaruhnya dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat luas di banyak negara adalah ketiadaan pemahaman yang memadai tentang ilmu pengetahuan pada mereka yang menerima ideologi tersebut.
Setelah Revolusi Industri, sebagian masyarakat hidup dalam keadaan sangat miskin, sementara di pihak lain terdapat kalangan yang hidup sangat berkecukupan. Jurang pemisah yang sangat lebar ini memunculkan ketegangan yang rentan terhadap segala bentuk kekacauan yang sengaja dimunculkan dalam kelompok-kelompok masyarakat di sebagian besar negara. Ketegangan terjadi di negara-negara seperti Rusia, yang masih hidup di tingkat masyarakat agraris, dan Cina. Kelompok- kelompok masyarakat yang mendambakan hak dan keadilan pun mengekor di belakang mereka. Akan tetapi, buah yang dihasilkan malah bertentangan yang mereka inginkan. Mereka hidup dalam kondisi ekonomi yang jauh lebih parah dari sebelumnya. Di satu sisi mereka harus menghindarkan diri dari mati kelaparan, sedangkan di sisi lain mereka menjalani hidup dalam ketakutan dan ancaman pembunuhan yang dapat terjadi kapanpun; juga penyiksaan, pengusiran, dan perampokan.
Telah jelas bahwa ideologi yang didasarkan pada pengingkaran terhadap agama; yang meyakini pertikaian, perseteruan, dan peperangan sebagai satu-satunya landasan berpijak bagi perkembangan dan kemajuan; yang percaya bahwa manusia pada dasarnya adalah binatang; dan yang didasarkan pada gagasan menyimpang bahwa nilai-nilai moral seperti keluarga, kesetiaan, dan persaudaraan yang erat tidaklah perlu dan tidak penting; tidak akan mendatangkan kedamaian, keamanan, kebahagiaan, dan keadilan. Namun kelompok-kelompok masyarakat ini tidak memiliki pandangan ke depan dan pemahaman untuk menilai dan mengkaji hal ini. Mereka melihat foto Karl Marx dan Friedrich Engels, dan menganggapnya sebagai pemikir yang "paling mendalam", "paling susah dimengerti", dan "paling tahu". Mereka melihat penampakan ilmiah yang sebenarnya palsu, kesan mendalam yang hanya di kulit luarnya saja, dan wajah-wajah memukau dari mereka yang mendukung kedua tokoh tersebut, dan terpedaya oleh sihir Komunisme dan materialisme. Padahal, jika mereka masih hidup, mereka akan mengetahui bahwa setiap pemimpin Komunis memiliki pemahaman yang dangkal dan terbelakang, dan mereka adalah orang-orang yang tidak memahami ilmu pengetahuan.
Tak seorang pun yang mereka anggap sebagai pemimpin memiliki pandangan jauh ke depan. Mereka hanya mampu menjalin ikatan dengan kelompok-kelompok masyarakat tersebut dengan mengancam dan menebarkan rasa takut. Mereka adalah orang-orang yang menggunakan kekerasan, kebiadaban, kekejaman, dan pembunuhan sebagai cara dan berpikir sangat dangkal dan terbelakang. Kini banyak orang-orang yang dulunya Komunis telah menyadari betapa sangat besar kesalahan yang telah mereka perbuat di masa lalu, dan menyesalinya. Mereka telah paham bahwa mereka telah mengikuti secara buta cita-cita yang tak akan pernah terwujud, sesuatu yang tak lebih dari sekedar suara lantang namun kosong tak bermakna. Sebagian yang lain menghabiskan waktu dengan berusaha menunjukkan bahwa mereka masih belum meninggalkan ideologinya. Mereka melakukan ini karena tidak mau mengakui kekalahan dan tidak mau menerima kebenaran. Mereka berkata, "Kami suatu saat akan menang."
Suatu masa akan datang ketika ilmu pengetahuan akan mampu menjangkau ke pelosok manapun dan kapanpun, di mana manusia akan mampu mengetahui kebenaran dan kenyataan lebih banyak serta jauh lebih mudah dari sebelumnya. Dengan keadaan seperti ini, berbagai cara untuk mempengaruhi orang, yang menyerupai mantera sihir, dari orang-orang Komunis, Materialis, dan Darwinis, berikut perkataan memikat dan seruan untuk berperang kini telah kehilangan pengaruhnya. Berbagai ideologi rapuh tersebut, yang kekuatannya dapat dihilangkan dengan pengajaran ilmu pengetahuan, akan kehilangan daya pengaruhnya dengan cepat. Sehingga hari-hari yang menyenangkan, damai dan bahagia menanti umat manusia. Yang paling penting lagi, pemahaman tentang kebohongan Darwinisme, dengan bukti yang kokoh, akan mengakhiri riwayat ideologi-ideologi ini.

Kesimpulan: Komunisme adalah Kebiadaban akibat


Berpaling dari Agama
Siapapun yang mencermati pembantaian, pembunuhan, dan penderitaan yang sengaja ditimpakan terhadap manusia oleh orang-orang Komunis, Nazi, atau Kolonialis, akan bertanya-tanya bagaimana para pendukung berbagai paham ini dapat menjauhkan diri mereka sendiri dari sifat-sifat yang umumnya ada dalam diri manusia. Alasan satu-satunya dari kebiadaban dan penindasan yang dilakukan oleh para pemimpin ini adalah hilangnya agama dalam diri mereka dan ketiadaan rasa takut kepada Tuhan. Manusia yang takut kepada Tuhan dan memiliki keimanan yang mantap kepada hari akhir, sudah pasti tidak akan mampu melakukan segala bentuk penindasan, kejahatan, ketidakadilan, dan pembunuhan sebagaimana yang telah kami paparkan. Selain itu, betapapun ia dipengaruhi, seseorang yang beriman kepada Tuhan dan hari akhir tidak akan pernah terseret untuk mengikuti ideologi yang sedemikian menyesatkan.

Namun orang yang tidak beragama dan tidak memiliki rasa takut kepada Tuhan tidak mengenal batas apapun. Seseorang yang meyakini bahwa ia dan makhluk hidup lainnya berevolusi secara kebetulan dari materi tak hidup, yang percaya bahwa nenek moyangnya adalah binatang, dan yang menerima bahwa tiada sesuatu pun selain materi, dapat dengan mudah dipengaruhi untuk melakukan segala bentuk kekejaman. Pada pandangan pertama, orang-orang ini mungkin tampak tidak akan menyakiti siapapun. Namun, pada keadaan tertentu mereka dapat berubah menjadi seorang jagal yang melakukan pembantaian. Mereka mampu menjelma menjadi sosok pembunuh yang memukul atau menjadikan orang-orang kelaparan hanya karena tidak mau mengikuti paham mereka. Mereka dapat berubah menjadi orang-orang yang dipenuhi rasa kebencian, muak, dan permusuhan. Ini dikarenakan cara pandang mereka terhadap dunia mengharuskan hal yang demikian ini terjadi.

Pada tahun 1983, Alexander I. Solzhenitsyn, pemenang hadiah Nobel tahun 1970 untuk bidang literatur, memberikan pidato di London di mana ia berusaha menjelaskan mengapa banyak sekali malapetaka buruk yang telah menimpa rakyatnya:
Lebih dari setengah abad yang lalu, ketika saya masih kecil, saya teringat saat mendengarkan sejumlah orang-orang tua memberikan penjelasan berikut ini atas bencana dahsyat yang menimpa Rusia: "Manusia telah melupakan Tuhan; itulah mengapa semua ini terjadi."

MEREKA YANG TERANIAYA
Pemandangan yang mengisahkan sekelumit tentang kekejaman Komunis terhadap umat manusia. Orang-orang terbaring lemah akibat kelaparan, kehausan, dan rasa putus asa. Mereka hidup dalam kemelaratan, mereka membutuhkan...
Sejak saat itu saya menghabiskan hampir 50 tahun untuk menulis tentang sejarah revolusi kami; dalam proses tersebut saya telah membaca ratusan buku, mengumpukan ratusan kesaksian dari orang-orang, dan telah menyumbangkan delapan jilid karya saya dalam upaya membersihkan puing-puing reruntuhan yang tertinggal akibat petaka tersebut. Tapi, jika sekarang saya diminta untuk mengatakan seringkas mungkin penyebab utama revolusi yang menghancurkan tersebut, yang menelan sekitar 60 juta rakyat kami, saya tidak mampu mengungkapkannya dengan lebih tepat kecuali mengulang perkataan: "Manusia telah melupakan Tuhan; itulah mengapa semua ini terjadi."

Kesimpulan Solzhenitsyn di atas benar-benar sungguh tepat. Sungguh, satu-satunya hal yang mampu menenggelamkan masyarakat ke jurang kebiadaban sedalam itu, yang menjadikan mereka berpaling dari berbagai bentuk penindasan dan tidak mau berbuat apa-apa, adalah berpalingnya mereka dari Tuhan. Sementara Tuhan tidak pernah lupa dan tidak pernah berbuat salah. Para pemimpin Komunis yang bengis tersebut menyangka bahwa mereka telah membangun sistem mereka sendiri untuk mengatur masyarakat dunia. Mereka beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan dan kekuatan yang luar biasa. Mereka bahkan mengadakan berbagai pertemuan rahasia, di mana meraka berbisik satu sama lain tentang kebiadaban berikutnya yang akan mereka lakukan terhadap rakyat guna memperbesar kekuasaan dan kekuatan mereka. Namun ketika mereka melakukan semua ini, Tuhan mengetahuinya, dan Dia akan memberikan balasan terhadap apa yang telah mereka perbuat. Dia menyatakan hal ini dalam Alquran:
Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya.Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Tidakkan kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya.Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada.Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Mujaadilah, 58:6-7)

Kemudian terdapat golongan orang-orang yang mengikuti para pemimpin kejam ini, yang menjilat dibelakang mereka. Keadaan mereka ini dinyatakan dalam Alquran dalam ayat

"Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (QS.Yuunus, 10:44).

Dengan kata lain, orang-orang ini menzalimi dirinya sendiri dengan melalaikan ajaran Allah dan mengikuti pemimpin-pemimpin Darwinis. Di ayat Alquran lainnya dinyatakan bahwa manusia sendirilah yang sebenarnya memunculkan bencana kejahatan dan kerusakan yang terjadi di dunia:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Ruum, 30:41)

Satu-satunya cara guna mencegah bencana ini agar tidak terulang lagi adalah agar manusia menjalani hidup dengan beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, dan tanpa melupakan bahwa mereka akan mempertanggungjawabkan segala yang telah mereka perbuat. Dan agar manusia hidup di bawah cahaya Alquran, yang Allah turunkan untuk seluruh manusia agar mereka menjadi manusia yang memiliki akhlak mulia seperti cinta, kasih sayang, kedermawanan, dan kesetiaan, sebagaimana diperintahkan dalam Alquran.
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl, 16:97)


Rezim berhaluan Komunis-Darwinis tidak menghargai rakyatnya. Mereka diterlantarkan hingga melarat, dan meninggal dengan mata terbuka. Rusia adalah contoh nyata kekejaman ini.